Friday, February 13, 2015

Pengalaman Tes Seleksi Beasiswa LPDP


Hari ini tak seperti jum'at biasanya, tidak ada apel pagi yang membosankan, tidak ada berkas surat yang mesti diselesaikan dan tidak ada pula panggilan Pak Kabid meminta bantuan karena hari ini Saya tidak berada di ruangan kantor yang sejak 2012 lalu Saya tempati. Hari ini dan saat ini, saya menuliskan tulisan ini di sebuah tempat bernama Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran.

Adalah undangan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang membawa Saya ke tempat ini. Sebuah undangan yang ditujukan kepada Saya sebagai salah satu peserta perogram beasiswa Doktor Luar Negeri dari LPDP.

Tak disangka lamaran yang Saya kirim di akhir September lalu, mendapatkan respon dari pihak LPDP. oleh karena itulah selama 2 Hari ini Saya akan kembali berjuang untuk mewujudkan salah satu mimpi yang dulu pernah Saya sampaikan yaitu melanjutkan program doktoral ke luar negeri melalui sebuah seleksi yang dilaksanakan selama 2 hari dan terdiri dari seleksi wawancara dan Leaderless Group Discussion (LGD)

...

Hari ini dari rumah orang tua Saya di Daerah Cimanggung Saya memulai perjalanan untuk melaksanakan tes wawancara dan verifikasi dokumen. Mendahului sang mentari, menyelinap diantara dingin dan gelapnya hari, Saya starter sepeda motor kesayangan ayah. Saya berangkat dari rumah orang tua karena memulai perjalanan dari Garut, tempatku tinggal akan memakan waktu yang sangat panjang. Jadi dari pada terlambat sampai di tempat seleksi Saya memutuskan untuk memboyong keluarga kecil Saya ke tempat orang tua.

Sebelum mentari menunjukkan senyumannya Saya beranjak keluar rumah. Menggunakan sepeda motor tanpa gigi milik Ayah, aku memulai perjalanan Sang istri di jok belakang tak luput kubawa. sekedar numpang hingga jalan raya dimana ia melanjutkan perjalanannya ke Puskesmas tempat ia bekerja dengan menggunakan elf.

Setelah mendrop istri di Jalan Raya dan mencegatkannya sebuah elf jurusan Banjar-Bandung itu, kembali ku sibak dingin pagi menuju tempat seleksi di Pusat Kota Bandung.  

Bandung terasa lebih macet pagi ini jauh dari kemacetan yang Saya rasakan dulu saat Saya SMA sekitar Tahun 2000-an. ratusan bahkan ribuan sepeda motor termasuk punya Saya berluak-liuk mencari jalan di sela-sela himpitan kendaran roda empat. Perjalanan yang Saya perkirakan memakan waktu Satu Jam itu membengkak menjadi sekitar 1 Jam 40 Menit.
...

Tibalah Saya di tempat yang Saya tuju, sebuah gedung yang cukup modern jika dibandingkan gedung tempat Saya menyelesaikan program magister Saya di Garut sana. Menggunakan tangga segera Saya menuju lantai 4 tempat yang ditunjukkan dalam undangan. Di tempat itu ternyata sudah hadir banyak kandidat lain, Saya perkirakan jumlahnya hampir 300 orang. Diantaranya terlihat wajah-wajah belia sekitar kelahiran 80 atau 90-an, hanya beberapa diantaranya yang mungkin seusia Saya dan sebagian kecil lagi beberapa kandidat yang lebih tua dari Saya.

setelah sejenak menunggu Sayapun mengisi daftar hadir yang telah disediakan panitia. Selanjutnya dengan sedikit keberanian memulai percakapan Saya Sapa salah seorang kandidat untuk menanyakan teknis seleksi. wajah belia itu tanpa Saya tahu namanya menjelaskan bahwa jadwal peserta terlebih dahulu harus melaksanakan verifikasi dokumen di lantai tiga, kemudian melaksanakan tes sesuai jadwal yang telah dikirimkan pihak LPDP ke email masing-masing peserta.

menyadari bahwa Saya belum mengetahui jadwal seleksai, Saya segera menuruni tangga dan mencari warnet untuk melihat email Saya. sedikit kesulitan mencari tempat yang menyediakan akses internet, Saya sempat menghubungi rekan di kantor untuk melihat email Saya. Tapi setelah menghabiskan beberapa ratus rupiah pulsa baru Saya temukan tempat poto copy yang menyediakan jasa akses intrnet. segera Saya menyewa salah satu komputer yang ada di sana dan membuka email Saya.

Sedikit klik dan terbukalah jadwal tes seleksi. Dari jadwal yang tertera Saya mengetahui bahwa Saya akan melaksanakan tes wawancara pada hari Jum'at 13 Pebruari 2015 pukul 14.45 dan di hari berikutnya, Sabtu 14 Pebruari 2015 pukul 08.45 Saya harus mengikuti Tes LGD.
 ...

Selepas sholat jum'at Saya bergegas kembali ke ruangan verifikasi di lantai 3 Gedung FEB Program Magister  Manajemen Universitas Padjajaran. menjelang pukul 14.00 seluruh dokumen Saya telah diverifikasi, tidak ada halangan yang berarti. sekitar pukul 14.30 Saya segera menuju ruangan wawancara di lantai 4 gedung yang sama dan menunggu sesaat untuk selanjutnya dipanggil tepat pada pukul 14.45. Ternyata panitia cukup konsisten.
...

45 menit Saya duduk di kursi panas di hadapan 3 orang petugas seleksi yang telah dipilih Panitia. sedikit anggukan dan arahan tangan salah seorang dari tiga petugas itu menandakan telah beresnya tes wawancara yang aku lakukan. 45 menit itu terasa sangat panjang. Ada perasaan gugup membuka pembicaraan. Pertanyaan pertama yang diajukan petugas itu adalah:

Kenapa LPDP Pantas memberikan beasiswa kepada Anda?

Sedikit terbata Saya membuka jawaban Saya dengan membahas latar belakang Saya meneruskan pendidikan doktor di luar negeri. Ingin sekali Saya mengatakan kekecewaan Saya terhadap sistem pendidikan di dalam negeri. Dosen yang manja, biaya ini-itu yang tidak jelas dan lain sebagainya. Tapi tak mungkin itu Saya kemukakan karena selain tidak etis, belum tentu kejadian itu terjadi di seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Bisa jadi di tempat mereka belajar atau mengajar hal itu tidak terjadi.

kebingungan, akhirnya Saya ceritakan tentang buku PNS Paripurna yang telah Saya buat. dan impian pribadi Saya untuk membangun sebuah tatanan pegawai negeri yang paripurna...
...

begitulah selanjutnya, wawancara tersebut lebih banyak membahas tentang buku Saya dari pada riset proposal yang saya ajukan dalam lamaran.
...

Sayapun meninggalkan kursi panas itu dengan tidak menentu, sedikit kecewa dengan jalannya wawacara. seharusnya Saya bisa lebih baik dari itu! pikir Saya.

Tapi sudahlah, wawancara dan kursi panas itu telah Saya lewati. apapun yang terjadi maka terjadilah semoga yang terbaik buat Saya. Masih ada seleksi LGD esok hari. Kini saatnya bagi Saya pulang dan memeluk istri dan anakku.
...

Sekarang adalah hari kedua dimana LGD (Leaderless Group Discussion) telah menunggu Saya. Tiba di tempat tes pukul 07.40 memberikan sedikit waktu bagi Saya menenggak segelas kopi dan dua batang rokok disertai sedikit lamunan. Saya lihat jam yang melingkar di tangan Saya menunjukkan pukul 08.00. Masih ada waktu 30 menit lagi Pikir Saya. 

Sedikit Jalan kaki saya temui warnet yang kemarin Saya gunakan melihat email. Setelah menyapa penjaga toko itu Sayapun segera mengambil key board di depan monitor sebuah komputer diantara 5 komputer yang ada di toko itu. keyword "menuju pns paripurna" di halaman depan mozilla membawa Saya ke blog yang sangat Saya banggakan. blogku tercinta Menuju PNS Paripurna". Jadilah sebuah postingan yang berada di hadapan sahabat saat ini.
...

belum sempat membereskan postingan, Saya kembali menengok jam tangan pemberian Istri tercinta yang kini telah sedikit retak dilempar si Alvin bungsu saya itu. Ternyata sudah pukul 08.30. Saatnya Saya berangkat ke ruangan tes LGD.
...

Di depan ruangan, kandidat lain telah berkumpul, sedikit sok akrab Saya menyapa mereka. Salah seorang diantaranya bernama Muhamad Rizki entah apa kepanjangannya. sebagai rekan seperjuangan kami berbicang cukup akrab hingga akhirnya salah seorang petugas mulai mengabsen peserta yang akan melaksanakan tes selanjutnya. 

Ada 9 orang dalam kelompok diskusi kami itu, ada Luthfi seorang calon Magister Teknik Industri yang akan menyelesaikan tesisnya dan berharap LPDP berkenan memberikan biaya bagi penyelesaian tesisnya itu. Ada Silvia Saya lupa latar Belakang Pendidikannya tapi ia mengikuti progra beasiswa magister LPDP, Amrizal seorang pemuda yang berharap bisa meneruskan magisternya di luar negeri. ada siapa lagi ya? maklum karena pertemuan yang sesaat jadi lupa lagi nama-namanya.
...
 
Setelah menunggu sekitar 10 menit kesembilan peserta dalam kelompok Saya itu dipersilakan untuk memasuki ruangan tes. Terdapat 2 orang petugas di dalam ruangan itu. Satu yang tadi mempersilakan kami masuk dan Satu lagi di sus\dut ruangan bermain dengan notebooknya. Keduanya perempuan yang satu menggunakan hijab yang satu lagi bersetelan rapih ala seorang psikolog, berambut pendek dan murah senyum. 

Arahan sang petugas memberikan saya pemahaman bahwa yang harus kami lakukan dalam tes ini adalah sekedar berdiskusi terhadap suatu kasus yang akan diberikan. hasil diskusi itu kemudian dibacakan oleh salah seoarng diantara kami sebagai hasil diskusi.

Kasus yang disuguhkan kepada kami saat itu adalah berkenaan dengan maraknya serbuan budaya asing dan produk-produknya. Produk itu berupa film, musik dan komik. Kami dimintai pendapat untuk akhirnya dijadikan rekomendasi bagi kementerian pariwisata. Selama berjalannya diskusi tersebut kami masing-masing diberikan peran yang kami gunakan sebagai sudut pandang kami saat mengemukakan pendapat. Saya sendiri memilih peran sebagai pengamat.

Bergiliran kami memberikan pandangan terhadap kasus yang ada di hadapan kami. Sebagai yang paling tua di kelompok Saya dipercaya untuk memimpin jalannya diskusi (oleh para peserta). Tanpa terasa diskusi telah berjalan selama 35 menit. Salah satu petugas mengingatkan bahwa waktu tinggal sepuluh menit. Saya melihat belum semua peserta mengemukakan pendapatnya termasuk Saya. 

Saat tiba giliran Saya, Saya sadar waktu tinggal sedikit lagi sementara solusi kelompok yang diharuskan tersesusun belum mampu dirangkum oleh karena itulah Saya mengalah untuk memberikan pandangan secara singkat dan padat. tidak lebih dari 10 kata yang keluar dari mulut saya saat itu sebelum akhirnya Saya menutupnya dan memberikan kesempatan kepada peserta lain. Luthfi peserta terakhir yang memberikan pandangan menyampaikannya cukup panjang.

Sebagai ketua kelompok Saya berfikir untuk menghentikannya dari berbicara terlalu panjang. Tapi karena perasaan belum akrab dan ketakutan memotong pembicaraan yang akhirnya berimbas kepada terpotongnya nilai luthfi Saya mengurungkan niat Saya.

Syukur luthfi bisa menyelesaikan pandangannya sebelum waktu habis. sedikit waktu yang kami miliki akhirnya kami bisa menyusun solusi kelompok yang diwajibkan itu. Suara lembut seorang ibu berusia tidak Jauh dari Saya yang kami tunjuk sebagai notulen sebelumnya yang Saya lupa namanya itu. menyelesaikan diskusi kami. 

ketakutan Saya tidak tersusunnya solusi kelompok ternyata tidak terjadi. kamipun menyelesaikan sesi tes dengan perasaan puas karena tujuan itu tercapai. 
...

Setelah berbas-basi dengan anggota kelompok, satu per satu kami berpamitan. Sayapun kembali ke warnet yang tadi Saya tinggal untuk memberikan postingan ini kepada Sahabat.

Semoga bermanfaat...
Semoga seluruh anggota kelompok kami dapat melenggang dan lulus dalam tes ini. Amiin 



Thursday, February 5, 2015

Indonesia dalam Cengkraman Proxy War



Sahabat, baru-baru ini Saya diberi sebuah buku oleh salah seorang pejabat militer di kotaku Garut.  Sebuah buku yang dari tampilan covernya tidak terlalu menarik. Memajang Wajah salah seorang tokoh perjuangan “Bung Tomo”, berbalut latar warna kebanggaan bangsa, merah putih. Buku ini terkesan sederhana dan tidak cukup kompeten untuk dibaca.

Buku yang ditulis oleh Jenderal TNI Gatot Nurmayanto itu diberi judul, “Peran Pemuda dalam Menghadapi Proxy War”. Sebuah judul yang menurut Saya kurang membangkitkan selera pembaca yang melihatnya, terkesan sangat formal dan umum. Tapi ternyata sahabat, seperti kata pepatah asing yang berbunyi “do not judge the book by its cover” apa yang Saya temukan di dalam buku tersebut jauh lebih menarik dari tampilan covernya dan jauh lebih menggugah dari yang Saya perkirakan.

Seperti judulnya di muka, buku ini memang menyuguhkan materi tentang proxy war, yaitu perang yang saat ini sedang berlangsung di dunia. Perang modern yang berbeda dengan perang-perang terdahulu. Perang yang dilakukan oleh para penguasa dunia saat ini.

Apakah Proxy War?

SEBUAH BUKU TENTANG PEGAWAI NEGERI

..

terpopuler

PNS

ABDI NEGARA

ABDI MASYARAKAT