Menjelang Pemilihan Umum
Legislatif dan Presiden Tahun 2014 ini Saya yakin banyak diantara kita
kebingungan menentukan pilihan, termasuk Saya sendiri. Bagaimana gak bingung
coba? di media massa maupun media elektronik sering kali kita disuguhi promo
dan penawaran sejumlah bakal calon legislatif maupun eksekutif yang akan ikut manggung pada pemilu. Belum lagi
jika Anda perhatikan di jejaring sosial, perang dukungan antara satu calon dan
calon lainnya begitu menghebohkan.
Diantara semua calon yang telah
mempromosikan diri tersebut tentunya tak sedikit yang berstatus incumbent tak
sedikit pula yang merupakan muka baru. Kebingungan semakin meningkat mengingat
sang incumbent yang belum memperlihatkan kinerja yang memuaskan pun dengan Sang
muka baru yang belum dapat dipastikan seperti apa hasil kerjanya.
Kalau Anda perhatikan spanduk,
pamflet maupun billboard pada setiap alat perga kampanye yang kita temukan baik
di samping jalan, iklan televisi, bewara di radio atau bahkan dalam
stiker-stiker yang di tempel di pohon dan tiang listrik, ada slogan tipikal
diantara kedua tipa calon tersebut. Tipologi slogan dari incumbent biasanya
berbunyi “lanjutkan!” sementara itu tipikal slogan muka baru biasanya berbunyi
“baru”. Seperti pada beberapa slogan seperti di bawah ini :
Incumbent :
“Siap melanjutkan perjuangan!”
“Sudah terbukti, mari lanjutkan!”
“bukan janji tapi bukti!”
Muka Baru
“Mari menuju Indonesia baru,
dengan partai baru!”
“Semangat baru untuk Indonesia
yang lebih baik!”
Terlepas dari semua janji yang
diucapkan oleh para calon, bagi Saya sendiri pesimisme dan skeftisisme
sepertinya telah menghinggapi seluruh bagian perasaan Saya. “None of all the promises can make me
believe” cieh pake bahasa inggris, maklum baru tes toefl kemarin hehe.
Terus terang Sahabat bagi Saya
pribadi, belum ada satupun dari calon legislatif maupun calon presiden yang
membuat Saya percaya bahwa perubahan besar pada bangsa ini akan terjadi. Karena
seperti yang sering kali Saya kemukakan bahwa permasalahan utama bangsa ini
bukanlah pada manajemen maupun intelektualitas pimimpin atau warganya melainkan
pada karakter mereka. Sementara itu merubah karakter bukanlah sesuatu yang
mudah, dibutuhkan lebih dari seorang pemimpin yang cerdas, bukan pula seorang
pemimpin yang berani, bukan pula seorang pemimpin yang jujur semata melainkan
seorang pemimpin yang lengkap yakni pemimpin yang cerdas, berani, visoner,
jujur dan memiliki kecintaan terhadap bangsa dan negara.
Adakah diantara calon-calon yang
selama ini menawarkan diri memiliki kriteria seperti itu? Jujur, Saya belum
melihatnya. Mungkin memang ada tapi saya belum melihatnya. Terus bagaimana dong? Apa perlu kita golput
aja? Janganlah, karena dengan golput berarti Anda membiarkan negara ini
dipimpin oleh sembarang orang. Anda mau negara ini dipimpin oleh orang yang
tidak cerdas, tidak jujur, tidak berani dan tidak juga memiliki visi?
Mungkin bagi Anda yang Golput
berargumen seperti ini, “dari pada salah ngomong kan lebih baik diam”. Memang
benar, tapi hal itu dilakukan jika berkaitan dengan sesuatu yang tidak
menentukan hidup dan mati, atau tidak pula menentukan nasib kita di masa yang
akan datang. Akan tetapi jika itu dilakukan pada sesuatu yang akan menentukan
masa depan kita, Saya kira adalah sesuatu yang salah.
Misalkan Anda harus memilih rumah
sakit untuk berobat atas penyakit Anda, kemudian Anda kebingungan memilih rumah
sakit karena saking banyaknya rumah sakit di tempat Anda, apakah karena
kebingungan kemudian Anda diam?
Misalkan Anda harus memilih
sekolah untuk Anak Anda, saking banyaknya sekolah ditempat Anda kemudian Anda
memilih tidak menyekolahkan Anak Anda. Apakah langkah itu yang akan Anda ambil?
Atau misalkan Anda ingin menikah,
saking banyaknya wanita di dunia ini Anda kebingungan, lalu apakah Anda memilih
diam dan tidak menikahi salah satu diantara mereka?
Silahkan Anda jawab sendiri,
intinya adalah golput bukanlah pilihan, yang harus Anda lakukan adalah mencari
tahu fakta yang mungkin menggambarkan sedekat mungkin dengan kebenaran dan
kemudian tentukanlah pilihan. Ketahuilah sebanyak mungkin calon-calon yang akan
Anda pilih. Kunjungi kampanyenya, lihat program-prgoramnya bahkan
janji-janjinya. Setelah Anda mengetahui maka pilihlah bahkan jika Anda harus
memilih yang terbaik dari yang terjelek, pilihlah!
Terus bagaimana jika pilihan Anda
salah? Bagaimana jika akhirnya orang yang kita pilih bukanlah seseorang yang
memiliki kriteria postif tapi malah sebaliknya?
Stop sampai situ?
Gak perlu dipikirin bro! Selama
Anda memilih dengan idealisme, selama Anda memilih dengan keinginan memperbaiki
keadaan maka hasilnya bukanlah urusan Anda. Insya Allah Anda tidak akan ikut
bertanggung jawab terhadap perilaku orang yang Anda pilih! Karena setiap amal
dan dosa adalah tanggung jawab pelakunya, jika orang tua sudah menasehati
anaknya tapi anaknya tetap nakal dan mendosa maka lepas pertangungjawaban orang
tua, jika seorang kyai telah mengatakan kebenaran dan umatnya tetap menolak
kebenaran maka lepas pertanggungjawaban Sang Kyai. Bukan begitu pak Haji?
Yang menurut Saya salah adalah
jika Anda memilih bukan karena iedalisme, melainkan karena pragmatisme sempit.
Sudah tahu tidak jujur malah Anda pilih!
Sudah tahu serakah justru Anda tunjuk? Dan sudah tahu pendosa kemudian Anda
agung-agungkan! Sikap inilah yang akan Anda pertanggungjawabkan dunia dan akhirat.
Jadi! Untuk melepas semua
kebingungan dan tanggung jawab yang ada dalam pundak Anda sudah semestinya Anda
ikut berperan dalam pemilu ini. Peran Anda adalah mengupayakan pilihan Anda
memuaskan bukan memastikan pilihan Anda benar. Silahkan datangi kampanye Calon
Legislatif maupun Calon Presiden yang digelar di tempat Anda. Perhatikan profil
dan program-programnya. Pelajari media sosialnya, dan pilihlah dengan idealisme
semata bukan karena kepentingan, bukan karena kekerabatan dan bukan pula karena
tampangnya yang imut dan menggemaskan.
Bagi Saya pribadi indikator calon
pemimpin adalah apa yang diajarkan oleh Sang Maha Guru, Sang Pembaharu dan Sang
penyelamat Rosululloh SAW yakni, Sidik, Fatonah, Amanah dan Tabligh. Sidik
berarti mengatakan tidak lain selain kebenaran. Fatonah berarti Cerdas, Amanah berarti jujur dan Tabligh berarti komunikatif, mampu menyampaikan
kebenaran dengan cara yang benar. Bagaimana dengan Anda? Apakah Indikator
Pemimpin menurut Anda?
Ok. Selamat berpesta bangsa
Indonesia “may the best men elected!”
Semoga Indonesia Jaya!!!