Berbagi Informasi dan Motivasi untuk mewujudkan Aparatur Negara yang Profesional, Demokratis dan Negarawan
Thursday, January 29, 2015
Monday, January 26, 2015
Pemikiran Karl Marx
ABSTRAKSI
Marxisme atau
pemikiran-pemikiran Karl Mark bukanlah sebuah pemikiran yang populer saat ini,
baik di Indonesia maupun dunia. Tercatat hanya beberapa negara yang masih
menggunakan sistem pemikiran Karl Mark dalam sistem ketatanegaraannya. Sebutlah
Cina, Korea Utara, dan Vietnam adalah sebagian kecil negara yang masih menganut
Komunisme hingga saat ini.
Komunisme yang lahir
dari tulang rusuk pemikiran Karl mark memang kalah populer dibandingkan
pemikiran-pemikiran in seperti kapitalisme dan liberalisme. Akan tetapi
pemikiran Karl Mark tidak pernah kehilangan daya pikatnya untuk diperbincangkan
dan dibahas oleh para ahli sejarah maupun ilmuwan sosial.
Makalah ini disusun
dengan latar belakang tersebut yaitu untuk membahas sejarah pemikiran Karl Mark
dan pokok-pokok pikirannya serta bagaimana pemikiran tersebut membentuk sejarah
manusia seperti sekarang ini. Lebih lanjut lagi makalah ini bukan untuk
melakukan kritik terhadap pemikiran pemikir Jerman tersebut melainkan
menyajikan sebuah kajian historis berdasarkan data pustaka yang ada.
Untuk melakukan
penyajian tersebut penulis terlebih dahulu merumuskan permasalahan melalui
pertanyaan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana
sejarah Perkembangan Marxisme?
2. Apa
Saja Pokok-Pokok Pemikiran Karl Mark?
3. Bagaimana
para ahli mengkritisi pemikiran Karl Mark?
Untuk menjawab
pertanyaan ini penulis melakukan pengkajian pustaka melalui pendalaman terhadap
buku, artikel dan online jurnal terkait pemikiran Karl Mark, kemudian
menyusunnya menjadi sebuah makalah yang ada di Hadapan pembaca saat ini.
Bab
I
Pendahuluan
1.
Latar
Belakang
Bagi orang Indonesia Marxisme identik dengan ajaran
atheis yang tidak sejalan dengan paham yang berkembang di Indonesia oleh karena
itu meskipun pernah tumbuh subur di masa perjuangan ideologi ini berhasil
diredam bahkan dilenyapkan dari bumi pertiwi. Pemikiran bangsa Indonesia
tentang marxisme yang mengidentikannya dengan paham ant ketuhanan tidaklah
sepenuhnya salah karena itu adalah bagian dari ajaran yang dikembangkan Karl
Marx Bapaknya komunisme dan pencetus marxisme.
Akan tetapi karena atheisme adalah hanya sebagian
dari ajarannya. Menarik kiranya mengkaji pemikiran Karl Marx secara utuh.
Karena para ahli sejarah dan sosial sepakat bahwa ajaran Karl Marx merupakan
salah satu yang memberikan sumbangsih terhadap berkembangnya peradaban dunia
seperti sekarang ini. Ahmad Suhaemi dalam bukunya “Pemikiran Politik Barat”
mengemukakan bahwa pemikiran Karl Mark adalah salah satu yang memberikan
pengaruh terhadap perkembangan peradaban Barat dewasa ini. Pemikirannya tentang
kelas sosial, Materialisme sejarah dan hubungan antara negara dan agama
disadari telah membentuk peradaban maju dunia barat seperti sekarang ini.
Tentunya hal tersebut tidak mengenyampingkan pengaruh pemikiran-pemikiran lain
seperti Aristoteles, Plato, Montesque, Hegel, dan yang lainnya.
Lalu bagaimana sesungguhnya pemikiran Karl Mark dan
bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan peradaban dunia saat ini?
Sebagai seorang ilmuwan sosial buah pemikiran Mark
sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial saat ia hidup. Revolusi industri yang
terjadi di eropa waktu itu merupakan referensi dalam setiap karya yang
dihasilkannya. Lebih lanjut lagi sebagai seorang pemerhati, Mark melihat adanya
kelemahan dari berlakunya sistem kapitalisme di negerinya yang kemudian
menghasilkan postulat-postulat pemikiran yang menjadi cikal bakal berkembangnya
marxisme dan komunisme di dunia.
Sehingga secara umum marxisme adalah merupakan
antitesis atau kritik terhadap sistem kapitalisme yang berlaku di dunia kala
itu. Meskipun pada akhirnya paham ini gagal diterapkan dunia karena cacat-cacat
bawaan dalam pemikiran ini, akan tetapi harus diakui bahwa pada suatu masa
marxisme pernah mencapai puncak kejayaannya dan menjadi kiblat dunia mendapingi
kapitalisme.
Marxisme pada masa sekarang ini bukanlah marxisme
utuh hasil pemikiran Marx. Ia telah berkembang melalui seleksi alam yang
menempatkan segelintir negara sebagai pengikutnya. Sebutlah Republik Negara Tiongkok,
Vietnam dan Kuba adalah beberapa negara yang masih menganut sistem ini.
Kenyataanya penerapan marxisme di beberapa negara tersebut tidaklah sekeras dan
seutuh gagasan Marx. Cina misalnya sebagai negara komunis terbesar saat ini
tetap mengakui adanya agama yang berkembang bagi masyarakatnya, sebuah kondisi
yang bertentangan dengan ajaran Mark. Atau dalam sistem perekonomiannya,
meskipun sebagian besar sumber daya di miliki negara akan tetapi hak milik
pribadi masih diakui oleh negara.
Terlepas dari itu, beberapa pemikiran Karl Mark masih
menarik untuk dikaji dan dijadikan bahan rujukan kebijakan pemerintahan.
Pemikiran tentang perjuangan kelas dan konsep-konsep moralitas manusia tanpa
kelas adalah beberapa pemikiran Marx yang tetap mempengaruhi negara dalam
menerapkan kebijakannya.
Atas latar belakang tersebut maka makalah ini
disusun. Melalui pengkajian pustaka makalah ini menyajikan gambaran tentang
pemikiran-pemikiran Marx yang memberikan pengaruh besar bagi perkembangan
peradaban dunia. Selain itu untuk memberikan penjelasan tentang beberapa
kelemahan teori Marx penulis juga menyajikan kritisisme terhadap pemikiran
tersebut.
1.2.
Permasalahan
Makalah ini disusun
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
sejarah Perkembangan Marxisme?
2. Apa
Saja Pokok-Pokok Pemikiran Karl Mark?
3. Bagaimana
para ahli mengkritisi pemikiran Karl Mark?
BAB
II
Pembahasan
2.1. Sejarah Pemikiran
Karl Mark
Karl Mark adalah
seorang ilmuwan sosial kelahiran prusia salah satu kerajaan di Jerman pada 5
Mei 1818,
seorang keturunan yahudi yang menganut
agama protestan. Ia meninggal pada Tahun 1883 di london. Semasa hidupnya ia
mengenyam pendidikan Hukum di Universitas Bonn pada Tahun 1835 sebelum berpindah
ke Friedrich-Wilhelms-Universität di Berlin.
Ia mendapatkan gelar doktor 1841
dengan tesis nya yang berjudul ‘The Difference Between the Democritean and
Epicurean Philosophy of Nature’ . Ia pernah bekerja sebagai penulis hingga
menjadi kepala editor di sebuah koran bergaris radikal-liberal di berlin yang
kemudian ditutup oleh pemerintah.
Sebagai seorang pemikir
Marx adalah termasuk kaum Hegelian Kiri, dimana ia menggunakan
pemikiran-pemikiran Hegel dalam rujukan karya-karyanya. Karya-karyanya yang
terkenal di dunia adalah Das Capital, Manifesto of Comunist Party dll.
Melihat latar belakang
Mark, sulit rasanya menentukan orang yang berpengaruh terhadap pemikirannya, ia
berguru kepada Hegel akan tetapi beberapa pemikirannya berbeda dengan pemikiran
Hegel, seperti konsepnya tentang negara dimana Marx melihat negara sebagai alat
kekuasaan dan menginginkan terhapusnya konsep negara dalam kehidupan manusia.
Selain itu teori materialisme sejarah yang dikemukakan Marx justru merupakan
penjungkirbalikkan konsep yang sama yang dikemukakan oleh Hegel.
Satu faktor yang
terlihat begitu dominan mempengaruhi pemikiran-pemikiran Karl Mark adalah
kondisi sosio-ekonomi yang saat itu berlangsung. Karl Mark hidup pada masa
industrialisasi eropa, dimana kapitalisme dan kaum borjuasi berkuasa di seluruh
daratan eropa. Kapitalisme yang sedemikian rupa tersebut pada akhirnya
menciptakan perbedaan kelas yang tajam antara kaum borjuasi dan kaum proletar.
Kaum Borjuasi adalah mereka yang memiliki seluruh faktor produksi baik modal
(kapital), Sarana Produksi bahkan negara. Sementara itu kaum proletar adalah
mereka yang tidak memiliki apapun selain tenaga kerja.
Sistem kapitalisme yang
berlangsung kala itu menciptakan penindasan dan kesewenangan yang dilakukan
kaum borjuasi melalui negara terhadap kaum proletar atau buruh. Suhelmi
mencontohkan proses Industrialisasi di Inggris misalnya yang telah menciptakan
kesengsaraan kaum buruh lelaki, anak-anak maupun wanita. Banyak peristiwa
mengharukan di lorong-lorong penggalian batu bara bawah tanah dan pabrik-pabrik
kapitalis dimana buruh anak-anak dan wanita hamil sakit karena kelaparan dan
tanpa jaminan keamanan kerja.
Keberadaan kelas-kelas
sosial saat itu sepertinya benar-benar mengilhami Mark untuk menciptakan
karyanya yang pertama yaitu “Manifesto of the Communist Party” pada Februari
1848. Yang berisikan postulat-postulat
tentang perjuangan kelas dan revolusi kaum proletar.
Manifesto sesungguhnya
bukanlah buah karya Marx seorang melainkan merupakan hasil duet brilian bersama
rekannya Engels. Tulisan ini begitu
“booming” dan populer untuk waktu yang cukup lama, akan tetapi sebagaimana
dikemukakan Suhelmi Manifesto sesungguhnya lebih mirip sebuah pamplet politik
ketimbang sebuah buku. Buku ini disusun tanpa berdasarkan penelitian atau
kajian mendalam terhadap permasalahan kelas yang dikajinya.
Setelah berhasil
menulis Manifesto Mark kemudian seorang diri menulis sebuah karya yang berjudul
“The Eighteenth Brumaire of Louis Bonafarte Parte”. Berbeda dengan Manifesto
buku ini disusun melalui penelitian dan kajian mendalam terhadap sebuah
peristiwa monumental yang terjadi di perancis saat Napoleon III melakukan
melakukan Kudeta terhadap pemerintahan Louis Philip.
Dalam buku tersebut
Marx menganalisa fase-fase revolusi dan menyimpulkan pendapatnya tentang
faktor-faktor kegagalan proses revolusi di Prancis tersebut. Revolusi itu gagal karena disebabkan oleh
beberapa hal yaitu :
a. Ketidakfahaman
prinsip dan tujuan dari revolusi;
b. Terbatasnya
jumlah massa yang terlibat;
c. Para
pemimpin kaum proletar saat ini tidak mampu memanfaatkan situasi-situasi
penting selama revolusi berjalan.
Karya Marx yang lain
adalah sebuah buku berjudul “Das Capital”, dalam karyanya inilah Marx
meperkenalkan teorinya tentang materialisme sejarah, sebuah sintesa tentang
hubungan antara materi dengan perkembangan sejarah. Konsep tentang materialisme
sejarah ini akan lebih lanjut di bahas pada bab berikutnya tentang pokok-pokok
pikiran Mark. Dalam bukunya yang lain berjudul
poverty of Philosophy Mark mempertegas bahwa materi membentuk sejarah,
“hubungan antara cara
mendapatkan penghidupan yang layak menuntun manusia mengubah hubungan sosial
mereka. Penggilingan tangan memberikan anda masyarakat feodal dan penggilingan
uap, masyarakat kapitalis industri.”
Mark Wafat Tahun 1883,
mewariskan beberapa buku yang sangat berpengaruh bagi penguikutnya seperti Das Capital, Manifest of the
communist party, Economic and Philosophy Manuscrift dan lain-lain. Tokoh-tokoh
yang terbukti penganut setia Marx diantaranya Eduard Berstein dan Vladimir
Ilyich Lenin.
Setelah wafatnya
pemikiran Marx memberikan pengaruh dan inspirasi yang cukup luas di dunia.
Meskipun belum sempat mengaplikasikan pemikirannya, teori dan pandangan Marx
berhasil diterapkan oleh para pengikutnya seperti Lenin. Puncaknya adalah
berdirinya negara-negara komunis di seluruh dunia sebelum surut setelah
hancurnya kekuasaan Uni Sovyet.
Beberapa negara komunis
yang tercatat pernah ada di dunia adalah :
Seiring kehancuran Uni Sovyet pada awal 90-an jumlah
negara komunis di dunia semakin menyurut hingga saat ini hanya tersisa 6 negara
yaitu:
2.2. Pokok-Pokok Pemikiran Karl Mark
A.
Pendapat
Karl Mark tentang Perjuangan Kelas dan Revolusi Proletariat
Teori tentang
Perjuangan kelas bukanlah original pemikiran Karl Mark, sebelumnya beberapa
pemikir lain tercatat mengemukan konsep perjuangan kelas ini. Mereka adalah
Babeuf yang melakukan kajian mendalam tentang pertarungan antara mayoritas
kelas tertindas dengan minoritas kapitaklis kaya. Saint Simon yang meneliti
konsep kelas dengan dampak industrialisasi yang cepat di kalangan pekerja.
Serta Robert Owen yang mendalami konsep kelas-kelas sosial dan perjuangan
kelas.
Konsep perjuangan kelas
menurut Marx dapat dilihat dalam salah satu karyanya “Manifesto of Communist
Farte” yang menyebutkan bahwa :
“sejarah dari semua masyarakat
yang ada sampai saat ini merupakan cerita dari perjuangan kelas, kebebasan dan
perbudakan, bangsawan dan kampungan, tuan dan pelayan, kepala serikat pekerja
dan para tukang, dengan kata lian penekan dan yang ditekan, berada pada posisi
yang selalu bertentangan satu sama lain dan berlangsung tanpa putus”
Pendapat tentang
Perjuangan kelas ini akhirnya merucut pada terciptanya cita-cita luhur marxisme
yaitu terciptanya tatanan sosial masyarakat tanpa kelas. Tatanan ini ditandai
dengan hilangnya peredaan kelas dan produksi dikuasai oleh negara. Untuk
mewujudkan tatanan tersebut Marx berpendapat bahwa kaum proletar harus bergerak
melalui revolusi dan merebut kekuasaan dari tangan kapitalis.
Lebih lanjut revolusi
yang dimaksud Marx bukanlah revolusi damai melainkan dengan jalan kekerasan,
dan hal tersebut akan terjadi setelah terbentuknya konflik kelas yang
disebabkan perbedaan pendapat terkait kapital atau bentuk kekayaan pasif,
hubungan pemilikan dan penggunaan atau penguasaan faktor-faktor produksi.
Dalam “Das Capital” Marx menggarisbawahi
pentingnya konflik kelas sebagai penentu jalannya revolusi. Ia mengemukakan
bahwa tanpa konflik kelas tidak akan ada kemajuan karena ia adalah merupakan
hukum yang selalu menyertai peradaban (sejak dahulu). Ia sangat yakin bahwa
dengan konflik kelaslah perjuangan kelas dan revolusi akan mampu menciptakan
perubahan hakiki terhadap struktur masyarakat.
Setelah kaum proletar
merebut kekuasaan dan menjadi penguasa, maka fase berikutnya untuk tercipta
tatanan masyarakat tanpa kelas adalah terciptanya kediktatoran kaum proletar,
itu berarti kaum proletar menguasai negara dengan bertindak diktator dan
membatasi kemungkinan terciptanya peralihan kekuasaan. Hal itu dilakukan untuk
terciptanya perubahan struktur masyarakat secara menyeluruh yang tidak mungkin
dilakukan oleh kekuatan politik lain yang berbeda dengan visi pemerintahan
proletariat.
Akhirnya setelah
terwujudnya tatanan masyarakat tanpa kelas, peranan negara akan semakin tidak
dibutuhkan maka pada fase terakhir ini negara akan hilang dengan sendirinya dan
manusia akan berada pada posisi sama rata.
Berdasarkan seluruh
penjelasan di atas maka jelas pendapat Marx meskipun diragukan oleh beberapa
pemikir, memiliki sisi originalitas yang sangat kuat yaitu tentang keberadaan
kelas dan konflik kelas yang menjadi pra syarat terciptanya revolusi kaum
proletar yang kemudian diharuskan berakhir dengan kemenangan bagi kaum
proletariat untuk menjadi penguasa dan menciptakan tatanan masyarakat tanpa
kelas. Bagi Lenin sisi originalitas pemikiran Karl Mark adalah keberhasilan
Marx dalam memperluas konsep perjuangan kelas menjadi perjuangan kediktatoan
kaum proletar.
B.
Pendapat
Karl Mark tentang Materialisme Sejarah
Apakah sesungguhnya
Materialisme sejarah?. Materialisme sejarah adalah pendapat tentang hubungan
serba benda dengan perubahan sosio-ekonomi masyarakat. Marx berpendapat bahwa sejarah manusia
ditentukan oleh keberadaan material. Sejarah awal manusia diawali dengan hak
kepemilikan pribadi yang kemudian menciptakan konflik perebutan kepemilikan.
Marx menolak anggapan dan Hegel tentang faktor spritual sebagai penentu
perjalanan sejarah manusia. Ia meyakini bahwa perubahan sosio-historis
masyarakat pada setiap peradaban ditentukan oleh hal-hal yang bersifat materi
atau kebendaan.
Marx dalam Sanderson
dalam Suhelmi mengatakan :
“ Cara mendapatkan
penghidupan mereka, mereka mengubah semua hubungan sosial mereka. Penggilingan
tangan memberikan anda masyarakat penguasa feodal dan penggilingan uap
memberikan anda penguasa kapitalis industri.”
Dari kutipan tersebut
jelas bahwa menurut Marx bendalah yang merubah sosial masyarakat sebuah bangsa
pada setiap peradaban, bukan pemikiran maupun sesuatu yang bersifat spiritual.
Ke depan hal ini banyak mengalami kritik karena beberapa sejarah memperlihatkan
hal lain sebagai penentu jalannya sejarah manusia. Seperti kemampuan agama pada
jaman Musa dan Muhamad menggerakan masyarakat dan merubah hubungan sosial
diantara mereka.
Berdasarkan
gagasan-gagasan Marx dan Engels Lauer dalam Suhelmi menyebutkan bahwa Marx
telah melatakan dasar-dasar prinsip materialisme sejarah yaitu pertama sebab-sebab terjadinya perubahan sosial
masyarakat atau sejarah harus dilacak berdasarkan bentuk-bentuk dan cara-cara
produksi. Kedua setiap masyarakat
selalu dicirikan oleh adanya basis dan suprastruktur, basis menentukan
suprastruktur bukan sebaliknya. Basis adalah materi dan suprastruktur adalah
kehidupan sosial politik, filsafat, agama, seni dan negara. Ketiga Perubahan tatanan masyarakat
adalah merupakan hasil dari antagonis (pertentangan) antara kelas sosial atau
kekuatan dan hubungan produksi.
Keempat
masyarakat
kapitalis menciptakan kondisi-kondisi material yang pada akhirnya menghancurkan
masyarakat karena menurut Marx dalam masyarakat kapitalis akan selalu terjadi
konflik internal antara kekuatan sosial yang berada di dalamnya. Kelima konflik antara kekuatan itu
termanisfestasi dalam bentuk konflik kelas. Di dalam masyarakat kapitalis
konflik sosial terjadi antara kaum borjuis dengan kaum proletar.
C.
Pendapat
Karl Marx tentang Negara
Negara bagi Mark adalah
alat penindasan oleh karena itu bagi Marx Negara itu tidak diperlukan dan harus
dilenyapkan. Jauh berbeda dengan pendapat Plato, Aristoteles Hocke, Hobbes dan
Rousseau yang menekankan tentang pentingnya keberadaan negara untuk menjamin
kesejahteraan masyarakatnya Marx justru berpendapat bahwa saat masyarakat tanpa
kelas telah tercipta maka peranan negara akan hilang dengan sendirinya.
Anggapan skeptis Marx
terhadap keberadaan negara tentunya tidak terlepas dari praktek penyelenggaraan
negara oleh penguasa semasa ia hidup. Sebagai seseorang yang hidup di jaman
industrialisasi eropa ia menyaksikan betul kesewenan-wenangan kum borjuis
terhadap proletar dilindungi secara rapih oleh negara. Negara pada masa itu
gagal menjadi pihak netral dan penyeimbang terhadap hubungan tersebut.
Lebih lanjut, saat masyarakat
tanpa kelas tercipta maka tidak akan terjadi kontradiksi antar kelas dan perebutan
sarana produksi atau perebutan mata pencaharian karena semua masyarakat akan
mampu mendapatkan penghidupan yang layak secara rata. Oleh karena itu peran
negara untuk membagikan penghidupan tidak lagi diperlukan.
D.
Agama
menurut Marx
“Religion is an opium”
kurang lebih itulah ungkapan populer di masyarakat tentang pandangan Marx
terhadap agama. Hal tersebut tidaklah salah karena bagi Marx Agama adalah alat
penindasan penguasa untuk meredam pemberontakan kaum proletar.
Di kalangan pengikutnya
pendapat Marx terhadap agama ini menimbulkan kontroversi dan perdebatan
sebagian mengartikan bahwa agama harus benar-benar dihilangkan dalam kehidupan
masyarakat, sebagian lagi berpendapat bahwa agama tidak dibutuhkan oleh negara
dan harus terdapat pembatas antara agama dan negara (sekuler).
Sekali lagi, pandangan
Marx terhadap sebuah penomena terbiaskan oleh pengalaman hidup dan sejarah
manusia sebelumnya. Sebagai seorang protestan Marx melihat kenyataan agama yang
dijadikan alat kesewenangan penguasa pada masa kekuasaan kristen di eropa. Pada
masa itu doktrin agama dijadikan pembenaran atas perbudakan dan penindasan.
Lebih lanjut lagi Marx
berpendapat bahwa agama telah mengalihkan perhatian kaum tertindas dari
kenyataan hidup yang dialaminya, penindasan yang dilakukan oleh penguasa
sebenarnya. Tuhan adalah pengalih perhatian sehingga manusia bergantung diri
pada sesuatu lain di luar dirinya. Hal ini salah menurut Marx karena seharusnya
manusia hanya menggantungkan diri pada dirinya semata bukan pada sesuatu yang
berada di luar dirinya.
Di lain kesempatan Marx
menyebutkan bahwa Agama lahir karena adanya kelas-kelas sosial. Dengan kata
lain agama adalah produk perbedaan kelas. Agama lahir karena kaum tertindas
membutuhkan alat bersandar dari kesulitan yang selama ini dideritanya.
Kekuasaan yang menindasnya, kehidupan yang serba kekurangan dan ketidakmampuan
untuk berbuat dan menentang penguasa.
1.2. Kritisisme terhadap Pemikiran Karl
Mark
Sebagai sebuah
pemikiran yang kontroversi pemikiran Marx banyak menuai kritik. Pendapatnya
tentang materialisme sejarah, konflik sosial, agama dan negara semuanya
mendapatkan kritik tajam dari beberapa pemikiran yang bersebarangan dengannya.
Berikut ini kami sajikan beberapa kritik terhadap pemikiran-pemikiran Marx.
A.
Kritik
terhadap teori kelas sosial
Teori kelas sosial Marx
menuai kritik dimulai dari segi originalitasnya. Beberapa ahli mempertanyakan
originalitas tersebut karena teori sosial Marx banyak meniru atau plagiarisme dari
teori kelas sosial lain yang dikemukakan para pendahulunya seperti Saint
Simont, Robert Owen bahkan Hegel. Diantara para kritikus tersebut adalah Robert
Schneb dan Karl Kautsky.
Selain dari sisi
originalitas pokok-pokok pemikiran Marx tentang kelas dan perjuangan kelaspun
menuai kritik yang tidak kalah banyak. Bottomore dalam Suhelmi mengatakan bahwa
:
“ Marx terlalu
berlebihan dalam memandang konflik sosial sebagai faktor determinasi terjadinya
perubahan struktural dam sejarah Manusia”. Padahal menurut Bottomore ada unsur
lain yang berpengaruh seperti hubungan primordial, agama dan
kekuasaan-kekuasaan politik.
Suhelmi melanjutkan
bahwa Naionalismepun merupakan faktor yang mempengaruhi perubahan struktural
masyarakat. Hal ini dapat dilihat saat terjadinya perjuangan untuk membebaskan
diri dari tangan penjajah di wilayah asia dan afrika pada periode 1940 an.
Dalam proses tersebut terbukti nasionalisme menjadi faktor determinatif
perubahan sosio-politik masyarakat kala itu.
Revolusi iran adalah
bukti lain bahwa unsur lain selain konflik sosial mampu menggerakan masyarakat
untuk merubah tatanan. Dalam revolusi iran tersebut masyarakat digerakkan oleh
latrar belakang agama untuk merebut kekuasaan dari tangan Suni oleh syiah.
B.
Kritik
terhadap Pandangan Marx tentang Negara dan Agama
Seperti dikatakan
sebelumnya bahwa bagi Marx negara adalah
alat penindas dan keberadaanya tidak diperlukan saat telah terciptanya tatanan
masyarakat tanpa kelas. Pemikiran Marx tersebut dianggap tidak relevan dengan
perkembangan sejarah manusia.
Lebih lanjut Suhelmi
mengatakan bahwa Marx naif karena hanya melihat negara dari satu sudut pandang,
yakni melihat negara dalam wajah bengis dan kejam leviathan, padahal seyogyanya negara memiliki dua wajah yaitu satu
sisi sebagai leviatahan dan di sisi
lain sebagai pelindung dan pengayom masyarakat, sebagai pencipta kesejahteraan
dan keadilan.
Berkenaan dengan hilang
atau lenyapnya negara saat telah terciptanya tatanan tanpa kelas, Magnis Suseno
menganggapnya sebagai pandangan yang mengandung “racun reduksionalisme” dan
“utopia” yang menyesatkan. Magnis mempertanyakan apakah dalam masyarakat tanpa
kelas akan menghilang itu masuk akal.
Marx menyebutkan bahwa
untuk membentuk masyarakat tanpa kelas kaum proletar harus berkuasa, lalu
setelah kum proletar menciptakan tatanan sosial tanpa kelas bagaimana
selanjutnya? Apakah mereka akan melepaskan kekuasaan? Lalu siapakah yang akan
mengatur kondisi quo tersebut?
Marx gagal menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut karena memandang negara hanya dari satu sisi
sebagai penindas. Ia gagal melihat negara sebagai wajah yang lain, sebagai
pemberi kebebasan dan sebagai pengatur. Magnis menyimpulkan bahwa tidak
memiliki faham negara sebagai kekuatan primer dan buta terhadap kedudukan
maupun peran negara dalam masyarakat yang sebenarnya.
Utopia dalam pandangan
Marx jelas terlihat dalam pandangannya bahwa manusia akan bisa hiduop tanpa
kelas, bahwa manusia akan memiliki kesempatan yang sama dalam mencari dan
mendapatkan penghidupan. Marx gagal melihat bahwa dalam sebuah kondisi
masyarakat akan selalu ada pekejaan yang tidak diinginkan tetapi harus
dikerjakan seperti pemulung sampah, pembersih WC dan lain-lain. Jika manusia
hidup tanpa kelas lalu siapa yang akan mengerjakan pekerjaan tersebut.
Disinilajh pentingnya
negara karena bahkan dalam sebuah tatanan tanpa kelaspun negara akan mampu
mebagi-bagikan pekerjaan kepada masyarakatnya. Bahkan jika perlu melalui tindakan
koersif.
Berkenaan dengan agama,
pandangan Marx terhadap agama yang merupakan Candu seperti halnya hanya melihat
sejarah dalam satu sisi yaitu alat penguasa menindas kaum tertindas. Ia gagal
melihat sejarah-sejarah lain yang menunjukkan kekuatan agama sebagai pemvbebas
seperti yang terjadi pada jaman Musa dan Muhammad.Pandangannya tentang agama
lebih bersifat subyektif karena trauma yang ia rasakan di jaman kekuasaan
kristen–gereja.
BAB
III
KESIMPULAN
Berdasarkan
seluruh penjelasan yang tersaji pada Bab II maka penulis menarik beberapa
kesimpulan diantaranya :
1.
Pandangan Marx terhadap penomena yang
berkembang disekitarnya yang akhirnya menjelma menjadi marxisme adalah seperti
halnya pandangan-pandangan pemikir lain sejak dahulu kala seperti Aristoteles,
Plato, Hegel dan pemikir lainnya sangatlah terpengaruhi bahkan bias oleh
kondisi sosio-politik yang terjadi saat itu.
2.
Marxisme secara umum merupakan sebuah
kritik terhadap sistem kapitalisme yang menguasai kehidupan manusia semasa Marx
Hidup.
3.
Pokok-pokok pemikiran Karl Marx
diantaranya adalah :
a.
Tentang Perjuangan Kelas dan revolusi
proletariat, bekrenaan hal ini Marx berpendapat bahwa kelas sosial akan selalu
adal selama sejarah manusia dan hal ini hanya bisa dirubah melalui sebuah
revolusi kaum proletar guna menciptakan tatanan Masyarakat tanpa kelas.
b.
Tentang Materialisme sejarah, yaitu
sebuah teori tentang hubungan strutur sosial dengan paham serba benda. Lebih
jauh Mark berpendapat bahwa penentu segala perubahan struktur masyarakat
ditentukan oleh segala sesuatu yang bersifat materi.
c.
Tentang negara, Marx berpendapat bahwa
negara adalah alat penindasan oleh karena itu harus dilenyapkan. Negara akan
lenyap setelah tatanan kehidupan tanpa kelas tercipta.
d.
Tentang Agama, Marx berpendapat Bahwa
Agama adalah alat penguasa dan Borjuis untuk “meninabobokan” kaum proletar,
selain itu ia adalah produk perbedaan kelas. Dengan hilangnya kelas sosial maka
agama akan hilang dengan sendirinya.
4.
Teori Marxisme yang kontroversi
menyebabkan munculnya kritik dari para pemikir lain. Beberapa pemikir yang
mengkritik teori Marx adalah Robert Schneb Karl Kautsky dan Bootomore.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Suhelmi Ahmad, Pemikiran Politik Barat,
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta 2004.
2.
http://nicofergiyono.blogspot.com/2013/09/pandangan-karl-marx-mengenai.html
(tanggal 26 Januari 2015)
Subscribe to:
Posts (Atom)
SEBUAH BUKU TENTANG PEGAWAI NEGERI
terpopuler
-
Salah satu yang paling menarik dalam substansi UU ASN adalah berkenaan dengan Pangkat dan Jabatan., Pengembangan Karier, Pola Karier d...
PNS
ABDI NEGARA
ABDI MASYARAKAT