Sahabat, baru-baru ini Saya
diberi sebuah buku oleh salah seorang pejabat militer di kotaku Garut. Sebuah buku yang dari tampilan covernya tidak
terlalu menarik. Memajang Wajah salah seorang tokoh perjuangan “Bung Tomo”,
berbalut latar warna kebanggaan bangsa, merah putih. Buku ini terkesan
sederhana dan tidak cukup kompeten untuk dibaca.
Buku yang ditulis oleh Jenderal
TNI Gatot Nurmayanto itu diberi judul, “Peran Pemuda dalam Menghadapi Proxy
War”. Sebuah judul yang menurut Saya kurang membangkitkan selera pembaca yang
melihatnya, terkesan sangat formal dan umum. Tapi ternyata sahabat, seperti
kata pepatah asing yang berbunyi “do not judge the book by its cover” apa yang
Saya temukan di dalam buku tersebut jauh lebih menarik dari tampilan covernya
dan jauh lebih menggugah dari yang Saya perkirakan.
Seperti judulnya di muka, buku
ini memang menyuguhkan materi tentang proxy war, yaitu perang yang saat ini
sedang berlangsung di dunia. Perang modern yang berbeda dengan perang-perang
terdahulu. Perang yang dilakukan oleh para penguasa dunia saat ini.
Apakah Proxy War?
Proxy War adalah sebuah istilah
militer yang didefinisikan sebagai perang yang dilakukan dengan menggunakan
pihak lain dan menghindarkan diri dari terjadinya konfrontasi secara langsung.
Sebuah perang yang sangat cerdik yang dilakukan oleh negara-negara maju
terutama terhadap negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Buku ini memulai pembahasannya
dengan menyuguhkan sejarah perang di dunia dan kecenderungan perang yang
terjadi saat ini. Dikatakan bahwa salah
satu kecenderungan perang yang saat ini terjadi, semuanya berlatar belakang
energi. Invasi Irak ke kuwait pada tahun 90-an, Invasi Amerika ke Irak, Hingga
konflik Timor-timur semuanya itu adalah perang yang (ternyata) berlatar
belakang perebutan energi.
Sungguh semuanya itu menjadi
sangat masuk akal, melihat kenyataan bahwa bertambahnya penduduk bumi, dan
berkurangnya cadangan bahan bakar fosil, maka energi baik fosil maupun non
fosil menjadi sebuah komoditas yang sangat penting untuk diperebutkan oleh
negara-negara di dunia.
Saya selalu mengatakan bahwa
dunia bukanlah sebuah tempat nyaman bagi semua orang, Ia adalah medan
pertempuran bagi semua orang yang hidup didalamnya. Misi yang utama bagi sebuah
negara adalah memastikan bahwa negara dan warga negaranya dapat hidup layak dan
sejahtera. Untuk kepentingan itulah maka negara akan berupaya melindungi kebutuhan warganya, meskipun itu
harus mengambilnya (baik secara paksa maupun kerja sama) dari negara dan bangsa
lain yang memiliki sumber kebutuhan itu.
Hari ini kita melihat energi
fosil menjadi energi yang paling dominan dalam kehidupan manusia, maka ke depan
setelah energi fosil itu habis, energi hayati akan menjadi energi yang vital
yang akan mengganti peran energi fosil tersebut. Kenyataan bahwa energi hayati
itu berlimpah di negara-negara equator seperti Indonesia maka jelas ke depan
Indonesia akan menjadi salah satu negara yang strategis dalam kerangka
mengamankan suplay energi dunia.
Maka pilihannya adalah apakah
Indonesia akan memberikannya secara sukarela atau dengan paksaan?
Kedua pilihan tersebut kenyataannya membawa kita (Indonesia)
ke dalam cengkraman proxy war. Telah lama sekali berbagai kepentingan dan
pengaruh asing bermain dalam setiap derap langkah kehidupan negara ini. Dalam
setiap kebijakan negara, dalam setiap proses politik dan dalam setiap persepsi
yang berkembang di masyarakat.
Tumbangnya rezim orde lama, hancurnya kekuasaan orde baru, porak porandanya tatanan sosial masyarakat
kita di masa orde reformasi, itu semua
adalah sebuah skenario yang telah disusun oleh bangsa asing dengan tujuan utama
menjadikan bangsa ini negara berkembang sepanjang hidupnya dan menguasai sumber
dayanya.
Apakah kita memberikan hak exsploitasi sumber daya alam kita
kepada perusahaan asing secara sukarela?
Apakah Kita menjadi negara produsen sekaligus konsumen
narkoba tanpa sengaja?
Apakah Terorisme berkembang di negara ini secara alamiah?
Apakah kita kehilangan timor-rimur begitu saja?
Apakah korupsi yang
tumbuh subur dan semakin hari semakin besar itu lahir dari rahim bangsa ini
tanpa bantuan gen bangsa asing?
Tidak sahabat semua kekacauan ini
tidak ada dengan sendirinya semuanya telah diatur dan diset sedemikian rupa
oleh para pelaku perang yang sangat cerdik untuk tetap menempatkan kepentingan
mereka di sini, di negara yang surga bagi sumber daya hayati, di negara yang
bahkan tongkat kayu jadi tanaman, di negara yang nyiurnya indah melambai. Negara
yang kita cintai bersama, Indonesia.
Sesungguhnya apa yang ada dalam
buku itu bukanlah hal baru, informasi yahg disajikannyapun tidaklah asing terutama
bagi para pembaca yang terbiasa membaca teori-teori konspirasi. Di situs-situs
internetpun sahabat bisa menemukan materi yang ada dalam buku itu dengan mudah.
Tapi kenyataan bahwa buku ini ditulis oleh seseorang yang berada dalam
pemerintahan, seorang jenderal yang tidak mungkin kita ragukan nasionalismenya
maka materi buku ini menjadi sangat berarti. Bahwa apa yang selama ini kita
dengar di situs-situs dan buku-buku konspirasi itu benar adanya.
Bentuk-bentuk proxy war yang mencengkram bangsa ini
Well, banyak bentuk-bentuk proxy
war yang dengan mudah kita temukan dalam kehidupan bangsa. Intervensi kebijakan
pemerintah, LSM yang tidak memiliki idealisme, Program televisi yang
menyesatkan, peredaran narkoba yang tidak
dapat dibendung serta sistem politik yang tidak memihak rakyat hingga
sistem pendidikan yang menjauhkan bangsa ini dari karakter bangsanya adalah
beberapa bentuk proxy war yang terjadi saat ini.
Intervensi kebijakan pemerintah
dapat kita temukan pada kebijakan impor barang-barang yang secara logika mampu
kita produksi sendiri, Penghentian teknologi dirgantara kita, perpanjangan
kontrak eksplorasi sumber daya kita oleh perusahaan asing. Semua kebijakan itu
sangat penuh dengan pengaruh asing ketimbang kebutuhan masyarakat dan bangsa.
Apakah itu dikarenakan insentif
yang diterima segelintir pembuat
kabijakan ataupun karena ketidaktahuan mereka yang pasti kebijakan yang
merugikan bangsa ini terus menerus dilaksanakan untuk memasung kemerdekaan kita
sebagai bangsa dan memberikan keuntungan lebih besar kepada pihak asing.
Menjamurnya organisasi
kemasyarakatan di sisi lain ternyata tidak selalu berdampak positif terhadap
perkembangan demokrasi maupun kehidupan bangsa secara umum. Keberadaan sebagian
organisasi kemasyarakatan itu disetting sedemikian rupa, sehingga alih-alih
meningkatkan kualitas demokrasi lebih buruk meningkatkan politik transaksional
antara pemerintah dan masyarakat. Kondisi ini menyebabkan perkembangan
demokrasi bukan menekan korupsi tetapi bahkan meningkatkan kuantitas maupun kualitas
korupsi.
Dalam program teelevisi yang kita
tonton setiap hari dari sofa ruang keluarga rumah kita, adalah bentuk lain
proxy war. Masyarakat kita setiap hari dicekoki oleh berbagai program televisi
yang secara sadar maupun tidak menjauhkan kita dari tatanan nilai dan karakter
bangsa Indonesia yang sejati. Kontes bakat yang kita tonton misalnya selain
dampak positif berupa eksplorasi bakat anak bangsa terdapat dampak negatif yang
pengaruhnya lebih mendasar yakni kaburnya definisi bakat dan prestasi.
Atas dasar pengakuan masyarakat
melalui rating acara tersebut, masyarakat terutama generasi muda secara parsial
mendefinisikan bakat atau prestasi sebatas musik dan hiburan. Bagaimana dengan
generasi muda yang meraih emas olimpiade sains? Bagaimana dengan anak muda yang
menciptakan robot? Bagaimana anak muda yang membangun sebuah pembangkit listrik
di desanya? Bukankah justru itulah prestasi sesungguhnya.
Bukankah bakat
seperti itulah yang sesungguhnya patut dihargai?
Kondisi ini menyebabkan lebih
banyak anak muda yang bercita-cita menjadi artis, menjadi penyanyi atau menjadi
presenter ketimbang menjadi guru, peneliti atau ilmuwan. Kondisi ini tentunya
bukanlah kondisi ideal bagi peningkatan kualitas kehidupan bangsa di masa yang
akan datang.
Kondisi-kondisi di atas adalah
beberapa bukti diantara ribuan bentuk proxy war yang dilancarkan oleh negara
lain untuk merusak masa depan bangsa. Tujuan mereka hanya satu yakni membiarkan
Indonesia tetap terbelakang, membiarkan Indonesia tetap korup, mebiarkan
Indonesia tetap bodoh dan membiarkan sebagian besar Orang Indonesia tetap
miskin, untuk dapat mengambil keuntungan darinya.
Ingat Sahabat : “Dunia
bukanlah tempat nyaman bagi semua bangsa! Ia adalah medan pertempuran yang
menuntut yang kuat untuk menang dan yang lemah untuk kalah dan tertindas.”
No comments:
Post a Comment