Tepatnya Jum’at malam tanggal 1
Syawal 1436 Hijriah atau 17 Juli 2015 M, Saya membaca sebuah artikel di jejaring
sosial tentang kejadian yang menimpa Saudara Saya sesama muslim di Tolikara,
Papua. Sebuah insiden tentang penyerangan dan pembakaran mushola saat saudara
Saya itu hendak melaksanakan Sholat ied, benar-benar mengoyak hati dan perasaan
Saya.
Darah Saya mengalir deras dan
kepala Saya terasa panas, bagaimana tidak di saat semua muslim dunia merayakan
hari kemenangan, Sahabat Saya di Papua ini mengalamai tragedi kemanusiaan yang tragis.
Disaat semua anak muslim di dunia melebarkan senyum dan tertawa riang
anak-anak papua itu berlari ketakutan ditengah kobaran api yang melahap habis
tempat ibadahnya.
Sontak Saja Saya memaki tak
karuan, Saya klik toolbar comment hendak menyalurkan semua amarah Saya di
jejaring sosial itu. Akan tetapi sesaat sebelum Saya mengetikkan hurup pertama
komentar Saya, bayangan sahabat pace-mace yang Saya kenal di Kampus tercinta
IPDN mengisi benak Saya. Begitu banyak rekan papua berbeda agama yang Saya
kenal semasa kuliah dulu dan tidak ada satupun yang memiliki tengarai seperti
apa yang diperlihatkan oleh kelompok perusuh dalam kejadian itu.
Kemudian Sayapun berfikir dan
merenung, seluruh buku tentang teori konspirasi yang pernah Saya baca seakan
tertarik dan mengisi otak Saya. Saya palingkan wajah Saya ke arah telepon
genggam dan Saya melihat jejaring sosial yang sedari tadi terbuka itu telah
berisi komentar-komentar sahabat Saya. Sudah dapat diduga berbagai cacian,
kutukan dan hinaan mengisi hampir setiap komentar yang ada.
Maka sayapun bermain logika,
sebutlah jika memang masyarakat papua disriminatif terhadap perbedaan agama maka
seharusnya telah terjadi banyak kejadian sebelumnya. Searching-searching di
internet tidak Saya temukan satu artikelpun tentang konflik agama di papua. Jadi
kesimpulan di atas Saya mentahkan.
Bolak-balik saya berfikir tentang
kemungkinan adanya kebencian agama secara general dari masyarakat kristen papua
terhadap umat Islam,dan tak satupun yang dapat memuaskan Saya.
Kembali buku-buku tentang teori
konspirasi yang pernah Saya baca mengisi seluruh benak Saya, kemudian Saya
beretorika, jika “mereka” bisa mendirikan negara israel atas nama pembantaian
Yahudi, lalu mereka bisa mengeruk minyak di timur-tengah atas nama perang
syiah-suni dan terorisme, lalu apa cara yang bisa mereka lakukan untuk masuk ke
bumi pertiwi?
Lekas Saya buka Google dan
mengetik kata kunci “pasukan amerika” dan walah ternyata Indonesia telah
dikepung oleh 13 pangkalan miiliter amerika. Itu bukan menurut Saya lho tapi
menurut salah seorang Pengamat Pertahanan dari Universitas Indonesia.
13 pangkalan militer itu
terbentang dari utara Indonesia di philipina
dan selatan di Australia (Cocos Island) dan Sebelah barat Indonesia (Singapura) yang kurang hanya di sebelah timur saja, tapi
itupun tidak menjadi persoalan karena wilayah timur terwakili oleh pangkalan
militer di Pulau Cocos, Australia.
Yang mereka butuhkan untuk dapat
masuk ke Indonesia hanyalah alasan pembenaran seperti halnya ketika mereka
masuk ke irak atas alasan senjata pembunuh masal.
Alasan yang paling mungkin bagi
Indonesia adalah ekonomi dan perang saudara atau keduanya.
Jadi sahabat marilah kita lihat the big picture.
Mungkin memang benar kejadian di
papua diakibatkan oleh kebencian terhadap Islam. Tapi pertanyaannya siapa yang
membenci Islam. Apakah seluruh umat kristen di papua membenci Islam? Tidak Saya
katakan tidak. Ada orang lain yang lebih membenci Islam.
Sahabat di Papua
adalah saudara kita sebangsa dan setanah air!
Memang yang merusak dan membakar
mushola itu adalah pembenci Islam, karena sungguh tidak ada alasan bagi
seseorang untuk membakar tempat ibadah selain kebencian terhadap umatnya. Akan tetapi
kita harus lebih cerdas dan jernih dalam mengambil solusi.
Sahabat yang mengobarkan semangat
jihad ke Papua, orang kristen mana yang akan Sahabat perangi? Mereka yang
membakar Mushola yang jumlahnya mungkin hanya ratusan orang? Atau seluruh umat
kristen yang ada di papua?
Tidak ada yang menyenangkan
dengan perang saudara sahabat!
Sahabat hanya akan menyebabkan
kondisi bertambah parah dan memberikan alasan bagi “mereka” untuk masuk ke
tanah air kita. Mengambil apapun yang mereka inginkan atas dalih misi
perdamaian.
Perlu Saya sampaikan bahwa dari Pangkalan
Amerika di Australia “mereka” hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk tiba di
Jakarta. kalau ke papua silahkan hitung sendiri...
Oh iya sebelum lupa, harapan Saya kepada pemimpin bangsa ini, untuk dapat mengatasi tragedi ini secara, cepat, tepat dan tuntas. Stop! membuat pernyataan yang akan memancing amarah kedua belah pihak jadilah pemimpin yang bijaksana.
Diantara berbagai kelemahan,
tulisan ini Saya tulis. Diantara perasaan marah dan tak berdaya catatan ini
tercipta. Hanya dengan kehendak Allah SWT-lah ia akan menjadi kebaikan. Semoga
Allah SWT mengampuni Saya. Amiin.
No comments:
Post a Comment