Thursday, February 5, 2015

Indonesia dalam Cengkraman Proxy War



Sahabat, baru-baru ini Saya diberi sebuah buku oleh salah seorang pejabat militer di kotaku Garut.  Sebuah buku yang dari tampilan covernya tidak terlalu menarik. Memajang Wajah salah seorang tokoh perjuangan “Bung Tomo”, berbalut latar warna kebanggaan bangsa, merah putih. Buku ini terkesan sederhana dan tidak cukup kompeten untuk dibaca.

Buku yang ditulis oleh Jenderal TNI Gatot Nurmayanto itu diberi judul, “Peran Pemuda dalam Menghadapi Proxy War”. Sebuah judul yang menurut Saya kurang membangkitkan selera pembaca yang melihatnya, terkesan sangat formal dan umum. Tapi ternyata sahabat, seperti kata pepatah asing yang berbunyi “do not judge the book by its cover” apa yang Saya temukan di dalam buku tersebut jauh lebih menarik dari tampilan covernya dan jauh lebih menggugah dari yang Saya perkirakan.

Seperti judulnya di muka, buku ini memang menyuguhkan materi tentang proxy war, yaitu perang yang saat ini sedang berlangsung di dunia. Perang modern yang berbeda dengan perang-perang terdahulu. Perang yang dilakukan oleh para penguasa dunia saat ini.

Apakah Proxy War?

Proxy War adalah sebuah istilah militer yang didefinisikan sebagai perang yang dilakukan dengan menggunakan pihak lain dan menghindarkan diri dari terjadinya konfrontasi secara langsung. Sebuah perang yang sangat cerdik yang dilakukan oleh negara-negara maju terutama terhadap negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Buku ini memulai pembahasannya dengan menyuguhkan sejarah perang di dunia dan kecenderungan perang yang terjadi saat ini.  Dikatakan bahwa salah satu kecenderungan perang yang saat ini terjadi, semuanya berlatar belakang energi. Invasi Irak ke kuwait pada tahun 90-an, Invasi Amerika ke Irak, Hingga konflik Timor-timur semuanya itu adalah perang yang (ternyata) berlatar belakang perebutan energi.

Sungguh semuanya itu menjadi sangat masuk akal, melihat kenyataan bahwa bertambahnya penduduk bumi, dan berkurangnya cadangan bahan bakar fosil, maka energi baik fosil maupun non fosil menjadi sebuah komoditas yang sangat penting untuk diperebutkan oleh negara-negara di dunia.

Saya selalu mengatakan bahwa dunia bukanlah sebuah tempat nyaman bagi semua orang, Ia adalah medan pertempuran bagi semua orang yang hidup didalamnya. Misi yang utama bagi sebuah negara adalah memastikan bahwa negara dan warga negaranya dapat hidup layak dan sejahtera. Untuk kepentingan itulah maka negara akan berupaya  melindungi kebutuhan warganya, meskipun itu harus mengambilnya (baik secara paksa maupun kerja sama) dari negara dan bangsa lain yang memiliki sumber kebutuhan itu.

Hari ini kita melihat energi fosil menjadi energi yang paling dominan dalam kehidupan manusia, maka ke depan setelah energi fosil itu habis, energi hayati akan menjadi energi yang vital yang akan mengganti peran energi fosil tersebut. Kenyataan bahwa energi hayati itu berlimpah di negara-negara equator seperti Indonesia maka jelas ke depan Indonesia akan menjadi salah satu negara yang strategis dalam kerangka mengamankan suplay energi dunia.

Maka pilihannya adalah apakah Indonesia akan memberikannya secara sukarela atau dengan paksaan?

Kedua pilihan tersebut kenyataannya membawa kita (Indonesia) ke dalam cengkraman proxy war. Telah lama sekali berbagai kepentingan dan pengaruh asing bermain dalam setiap derap langkah kehidupan negara ini. Dalam setiap kebijakan negara, dalam setiap proses politik dan dalam setiap persepsi yang berkembang di masyarakat.

Tumbangnya rezim orde lama, hancurnya kekuasaan orde baru,  porak porandanya tatanan sosial masyarakat kita di masa orde reformasi,  itu semua adalah sebuah skenario yang telah disusun oleh bangsa asing dengan tujuan utama menjadikan bangsa ini negara berkembang sepanjang hidupnya dan menguasai sumber dayanya.

Apakah kita memberikan hak exsploitasi sumber daya alam kita kepada perusahaan asing secara sukarela?
Apakah Kita menjadi negara produsen sekaligus konsumen narkoba tanpa sengaja?
Apakah Terorisme berkembang di negara ini secara alamiah?
Apakah kita kehilangan timor-rimur begitu saja? 
Apakah korupsi  yang tumbuh subur dan semakin hari semakin besar itu lahir dari rahim bangsa ini tanpa bantuan gen bangsa asing?

Tidak sahabat semua kekacauan ini tidak ada dengan sendirinya semuanya telah diatur dan diset sedemikian rupa oleh para pelaku perang yang sangat cerdik untuk tetap menempatkan kepentingan mereka di sini, di negara yang surga bagi sumber daya hayati, di negara yang bahkan tongkat kayu jadi tanaman, di negara yang nyiurnya indah melambai. Negara yang kita cintai bersama, Indonesia.

Sesungguhnya apa yang ada dalam buku itu bukanlah hal baru, informasi yahg disajikannyapun tidaklah asing terutama bagi para pembaca yang terbiasa membaca teori-teori konspirasi. Di situs-situs internetpun sahabat bisa menemukan materi yang ada dalam buku itu dengan mudah. Tapi kenyataan bahwa buku ini ditulis oleh seseorang yang berada dalam pemerintahan, seorang jenderal yang tidak mungkin kita ragukan nasionalismenya maka materi buku ini menjadi sangat berarti. Bahwa apa yang selama ini kita dengar di situs-situs dan buku-buku konspirasi itu benar adanya.

Bentuk-bentuk proxy war yang mencengkram bangsa ini

Well, banyak bentuk-bentuk proxy war yang dengan mudah kita temukan dalam kehidupan bangsa. Intervensi kebijakan pemerintah, LSM yang tidak memiliki idealisme, Program televisi yang menyesatkan, peredaran narkoba yang tidak  dapat dibendung serta sistem politik yang tidak memihak rakyat hingga sistem pendidikan yang menjauhkan bangsa ini dari karakter bangsanya adalah beberapa bentuk proxy war yang terjadi saat ini.

Intervensi kebijakan pemerintah dapat kita temukan pada kebijakan impor barang-barang yang secara logika mampu kita produksi sendiri, Penghentian teknologi dirgantara kita, perpanjangan kontrak eksplorasi sumber daya kita oleh perusahaan asing. Semua kebijakan itu sangat penuh dengan pengaruh asing ketimbang kebutuhan masyarakat dan bangsa.

Apakah itu dikarenakan insentif yang  diterima segelintir pembuat kabijakan ataupun karena ketidaktahuan mereka yang pasti kebijakan yang merugikan bangsa ini terus menerus dilaksanakan untuk memasung kemerdekaan kita sebagai bangsa dan memberikan keuntungan lebih besar kepada pihak asing.

Menjamurnya organisasi kemasyarakatan di sisi lain ternyata tidak selalu berdampak positif terhadap perkembangan demokrasi maupun kehidupan bangsa secara umum. Keberadaan sebagian organisasi kemasyarakatan itu disetting sedemikian rupa, sehingga alih-alih meningkatkan kualitas demokrasi lebih buruk meningkatkan politik transaksional antara pemerintah dan masyarakat. Kondisi ini menyebabkan perkembangan demokrasi bukan menekan korupsi tetapi bahkan meningkatkan kuantitas maupun kualitas korupsi.

Dalam program teelevisi yang kita tonton setiap hari dari sofa ruang keluarga rumah kita, adalah bentuk lain proxy war. Masyarakat kita setiap hari dicekoki oleh berbagai program televisi yang secara sadar maupun tidak menjauhkan kita dari tatanan nilai dan karakter bangsa Indonesia yang sejati. Kontes bakat yang kita tonton misalnya selain dampak positif berupa eksplorasi bakat anak bangsa terdapat dampak negatif yang pengaruhnya lebih mendasar yakni kaburnya definisi bakat dan prestasi.

Atas dasar pengakuan masyarakat melalui rating acara tersebut, masyarakat terutama generasi muda secara parsial mendefinisikan bakat atau prestasi sebatas musik dan hiburan. Bagaimana dengan generasi muda yang meraih emas olimpiade sains? Bagaimana dengan anak muda yang menciptakan robot? Bagaimana anak muda yang membangun sebuah pembangkit listrik di desanya? Bukankah justru itulah prestasi sesungguhnya. 

Bukankah bakat seperti itulah yang sesungguhnya patut dihargai?

Kondisi ini menyebabkan lebih banyak anak muda yang bercita-cita menjadi artis, menjadi penyanyi atau menjadi presenter ketimbang menjadi guru, peneliti atau ilmuwan. Kondisi ini tentunya bukanlah kondisi ideal bagi peningkatan kualitas kehidupan bangsa di masa yang akan datang.

Kondisi-kondisi di atas adalah beberapa bukti diantara ribuan bentuk proxy war yang dilancarkan oleh negara lain untuk merusak masa depan bangsa. Tujuan mereka hanya satu yakni membiarkan Indonesia tetap terbelakang, membiarkan Indonesia tetap korup, mebiarkan Indonesia tetap bodoh dan membiarkan sebagian besar Orang Indonesia tetap miskin, untuk dapat mengambil keuntungan darinya.

Ingat Sahabat : “Dunia bukanlah tempat nyaman bagi semua bangsa! Ia adalah medan pertempuran yang menuntut yang kuat untuk menang dan yang lemah untuk kalah dan tertindas.”

No comments:

SEBUAH BUKU TENTANG PEGAWAI NEGERI

..

terpopuler

PNS

ABDI NEGARA

ABDI MASYARAKAT