Sunday, July 19, 2015

Peristiwa Pembakaran Mesjid saat Sholat Ied di Tolikara Papua “Look at The Big Picture”





Tepatnya Jum’at malam tanggal 1 Syawal 1436 Hijriah atau 17 Juli 2015 M, Saya membaca sebuah artikel di jejaring sosial tentang kejadian yang menimpa Saudara Saya sesama muslim di Tolikara, Papua. Sebuah insiden tentang penyerangan dan pembakaran mushola saat saudara Saya itu hendak melaksanakan Sholat ied, benar-benar mengoyak hati dan perasaan Saya.  

Darah Saya mengalir deras dan kepala Saya terasa panas, bagaimana tidak di saat semua muslim dunia merayakan hari kemenangan, Sahabat Saya di Papua ini mengalamai tragedi kemanusiaan yang tragis. Disaat semua anak muslim di dunia melebarkan senyum dan tertawa riang anak-anak papua itu berlari ketakutan ditengah kobaran api yang melahap habis tempat ibadahnya.

Sontak Saja Saya memaki tak karuan, Saya klik toolbar comment hendak menyalurkan semua amarah Saya di jejaring sosial itu. Akan tetapi sesaat sebelum Saya mengetikkan hurup pertama komentar Saya, bayangan sahabat pace-mace yang Saya kenal di Kampus tercinta IPDN mengisi benak Saya. Begitu banyak rekan papua berbeda agama yang Saya kenal semasa kuliah dulu dan tidak ada satupun yang memiliki tengarai seperti apa yang diperlihatkan oleh kelompok perusuh dalam kejadian itu.

Kemudian Sayapun berfikir dan merenung, seluruh buku tentang teori konspirasi yang pernah Saya baca seakan tertarik dan mengisi otak Saya. Saya palingkan wajah Saya ke arah telepon genggam dan Saya melihat jejaring sosial yang sedari tadi terbuka itu telah berisi komentar-komentar sahabat Saya. Sudah dapat diduga berbagai cacian, kutukan dan hinaan mengisi hampir setiap komentar yang ada.

Maka sayapun bermain logika, sebutlah jika memang masyarakat papua disriminatif terhadap perbedaan agama maka seharusnya telah terjadi banyak kejadian sebelumnya. Searching-searching di internet tidak Saya temukan satu artikelpun tentang konflik agama di papua. Jadi kesimpulan di atas Saya mentahkan.

Bolak-balik saya berfikir tentang kemungkinan adanya kebencian agama secara general dari masyarakat kristen papua terhadap umat Islam,dan tak satupun yang dapat memuaskan Saya.

Kembali buku-buku tentang teori konspirasi yang pernah Saya baca mengisi seluruh benak Saya, kemudian Saya beretorika, jika “mereka” bisa mendirikan negara israel atas nama pembantaian Yahudi, lalu mereka bisa mengeruk minyak di timur-tengah atas nama perang syiah-suni dan terorisme, lalu apa cara yang bisa mereka lakukan untuk masuk ke bumi pertiwi?

Lekas Saya buka Google dan mengetik kata kunci “pasukan amerika” dan walah ternyata Indonesia telah dikepung oleh 13 pangkalan miiliter amerika. Itu bukan menurut Saya lho tapi menurut salah seorang Pengamat Pertahanan dari Universitas Indonesia. 

13 pangkalan militer itu terbentang dari utara Indonesia di philipina  dan selatan di Australia (Cocos Island) dan  Sebelah barat Indonesia (Singapura)   yang kurang hanya di sebelah timur saja, tapi itupun tidak menjadi persoalan karena wilayah timur terwakili oleh pangkalan militer di Pulau Cocos, Australia.

Yang mereka butuhkan untuk dapat masuk ke Indonesia hanyalah alasan pembenaran seperti halnya ketika mereka masuk ke irak atas alasan senjata pembunuh masal. 

Alasan yang paling mungkin bagi Indonesia adalah ekonomi dan perang saudara atau keduanya. 

Jadi sahabat marilah kita lihat the big picture.

Mungkin memang benar kejadian di papua diakibatkan oleh kebencian terhadap Islam. Tapi pertanyaannya siapa yang membenci Islam. Apakah seluruh umat kristen di papua membenci Islam? Tidak Saya katakan tidak. Ada orang lain yang lebih membenci Islam. 

Sahabat di Papua adalah saudara kita sebangsa dan setanah air!

Memang yang merusak dan membakar mushola itu adalah pembenci Islam, karena sungguh tidak ada alasan bagi seseorang untuk membakar tempat ibadah selain kebencian terhadap umatnya. Akan tetapi kita harus lebih cerdas dan jernih dalam mengambil solusi.

Sahabat yang mengobarkan semangat jihad ke Papua, orang kristen mana yang akan Sahabat perangi? Mereka yang membakar Mushola yang jumlahnya mungkin hanya ratusan orang? Atau seluruh umat kristen yang ada di papua?

Tidak ada yang menyenangkan dengan perang saudara sahabat!

Sahabat hanya akan menyebabkan kondisi bertambah parah dan memberikan alasan bagi “mereka” untuk masuk ke tanah air kita. Mengambil apapun yang mereka inginkan atas dalih misi perdamaian.

Perlu Saya sampaikan bahwa dari Pangkalan Amerika di Australia “mereka” hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk tiba di Jakarta. kalau ke papua silahkan hitung sendiri...

Oh iya sebelum lupa, harapan Saya kepada pemimpin bangsa ini, untuk dapat mengatasi tragedi ini secara, cepat, tepat dan tuntas. Stop! membuat pernyataan yang akan memancing amarah kedua belah pihak jadilah pemimpin yang bijaksana.

Diantara berbagai kelemahan, tulisan ini Saya tulis. Diantara perasaan marah dan tak berdaya catatan ini tercipta. Hanya dengan kehendak Allah SWT-lah ia akan menjadi kebaikan. Semoga Allah SWT mengampuni Saya. Amiin.

No comments:

SEBUAH BUKU TENTANG PEGAWAI NEGERI

..

terpopuler

PNS

ABDI NEGARA

ABDI MASYARAKAT