Sunday, July 6, 2014

60 HARI MENGEJAR MIMPI




Sahabat pembaca sebelumnya Saya ingin menyampaikan permohonan maaf karena Saya tidak bisa memenuhi janji Saya untuk keep update postingan Saya selama masa “karantina” (kayak talent show aja) di program 300 doktor Provinsi Jawa Barat. Sayapun tidak bisa senantiasa membagi ilmu yang Saya dapatkan selama masa itu. Alasannya (maklum kita orang Indonesia  kalo orang minta maaf perlu menyampaikan alasan) si IELTS telah merenggut kebersamaan Saya dengan Sahabat. Tidak setiap waktu dan tempat yang Saya miliki yang tidak Ia jamahi, bahkan saat di ruangan 1x2 meter yang bertuliskan “WC”pun IELTS selalu mengganggu pikiran Saya. Jadi maaf ya sob!

Jadi semoga sahabat mau memaafkan Saya, lagian ini khan bulan puasa bulan penuh magfiroh sehingga sudah semestinya sobat memaafkan Saya. Sebagai gantinya akan Saya tulis sebisa-bisa Saya tentang apa yang telah saya lalui selama ini. Tujuannya adalah semoga memberikan manfaat bagi sahabat. Postingan pertama di bulan ramadhan ini adalah postingan ini yang berjudul “60 Hari mengejar mimpi”. Adalah sebuah cerita singkat tentang perjalanan Saya dan rekan-rekan program 300 doktor selama masa pendidikan bahasa di sebuah tempat indah di Jl. Cimanuk Bandung. Semoga bermanfaat. Yo mari kita mulai.
Sahabat kurang lebih 60 Hari yang lalu tak secuilpun terbesit dalam benak Saya untuk meneruskan perkuliahan Saya di negeri orang. Tidak Saya pungkiri bahwa itu adalah mimpi saat kecil Saya, tapi Saya telah menguburnya rapat-rapat saat saya memutuskan diri untuk menjadi seorang PNS. Adalah Program 300 doktor luar negeri dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang membangkitkannya.  Program yang terkesan utopis itu akhirnya memberikan bantuan pernapasan bagi mimpi saya, untuk bangkit dan menyibak tanah padat yang selama ini menguburnya hidup-hidup. 

Ternyata memang layaknya kemenangan besar Umat Islam di Masa Rosululloh dan ibarat perjalanan panjang pahlawan bangsa mewujudkan kemerdekaan bangsa ini, mimpi Sayapun tidaklah mudah untuk diwujudkan. Hanya mungkin musuh yang harus Saya hadapi tentunya bukan bala tentara penjajah atau juga kepungan pasukan kafir quraisy. Musuh yang harus Saya hadapi adalah Saya sendiri, kemampuan dan motivasi Saya dalam mengejar keinginan itu.

Perjuangan Saya dimulai 2 bulan yang lalu saat Saya bersama 36 orang rekan PNS seperjuangan dari seluruh wilayah Provinsi Jawa Barat, memasuki kawah candradimuka tempat kami meningkatkan kapasitas keilmuan kami terutama kemampuan berbahasa inggris di tempat mungil nan indah bernama IEDUC.


IEDUC adalah sebuah tempat kursus bahasa inggris yang terletak di Kota Kembang (the capital of West Java Province) Bandung, tepatnya di Jl. Cimanuk nomor 32 A. Sebuah tempat mungil nan mulia yang bertujuan membantu hamba-hamba Allah untuk mewujudkan mimpinya (berkuliah ke negeri seberang) atau sekedar meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris mereka.

Sahabat selanjutnya bagaimana kami berjuang selama 60 hari di tempat indah itu. 60 hari yang terasa panjang sekaligus singkat. Panjang karena kami harus memfokuskan pikiran kami dalam peningkatan kemampuan bahasa inggris dan terasa sempit, karena hanya selama itulah kami diberikan waktu untuk menggembleng diri kami sebelum menghadapi medan pertempuran di Internasional IELTS test di ujung hari.
Tanpa bermaksud menggurui bagi sahabat yang belum mengenal test IELTS saya sampaikan bahwa tes ini adalah tes untuk mengukur kemampuan bahasa inggris kita. Tes ini terdiri dari dua tipe yakni general purposses atau tujuan untuk umum dan academic purposses yakni tes untuk tujuan akademik. Dan tes terakhir itulah yang akan kami lalui untuk dapat berkuliah di luar negeri.

Sahabat kita kembali pada perjalanan 60 hari kami.

Semuanya dimulai saat Badan Kepegawaian dan Diklat Provinsi Jawa Barat meluncurkan program 300 PhD dan mengundang seluruh PNS di wilayah Provinsi Jawa Barat. Program ini bukanlah program beasiswa murni sebagaimana kebanyakan program pembinaan kepegawaian yang lain. Program ini lebih mengedepankan fasilitasi dan motivasi bagi seluruh sahabat yang hendak mengambil pendidikan di luar negeri melali peningkatan kapasitas bahasa, budaya dan aksesibilitas universitas dan beasiswa yang tersebar luas di seluruh penjuru dunia. Program ini sendiri telah berjalan semenjak Tahun 2012 dan Tahun ini memasuki tahun ketiga.

Akhirnya setelah melalui seleksi Saya bersama 35 orang rekan yang lain, lulus dan tergabung dalam program ini sebagai angkatan ketiga. Perjalananpun dimulai, untuk meningkatkan kemampuan bahasa inggris kami diarahkan untuk mengikuti kursus super intensif  di IEDUC. Hari pertama Saya berangkat dengan menggunakan sepeda motor mertua Saya yang alhamdulillah mendukung Saya habis-habisan. Bahkan dukungan merekalah yang  di kemudian hari sedikit membebani Saya untuk mewujudkan mimpi ini. Hari pertama kami isi dengan melakukan tes diagnostic untuk mengukur sejauh mana kemampuan bahasa inggris kami. Tak lama berselang kamipun menerima hasil tes tersebut yang akhirnya membagi kami ke dalam tiga kelas. Belakangan kelas tersebut mendapat julukan baru yakni kelas superlatif bagi mereka yang dinilai memiliki kemampuan tertinggi dan dua kelas komparatif bagi kami yang kemampuan bahasa inggrisnya sangat terbatas.

Hehe, Saya karena keterbatasan bahasa, tergabung di kelas komparatif bersama sebelas rekan Saya yang lain. Sebagai fasilitas penunjang yang lain BKD Propinsi menyediakan kediaman bagi kami. Dua kediaman disediakan yaitu pertama di Jalan Batik Kumeli masih berdekatan dengan wilayah Pusdai Bandung dan kedua di Jalan Sindang Galih daerah Antapani dekat dengan eks rumah Ariel Peterpan sang vokalis idaman di negeri ini. 

Saya sendiri karena terlambat bergabung akhirnya di tempatkan di rumah yang berada di Jl Sindang Galih bersama 7 orang sahabat, yakni Senior Saya di IPDN Kang Iyus dari Kabupaten Purwakarta, Pak Haji Asep Handara yang berasal dari kota yang sama dengan kang Iyus, Bu Titis, Bu Diah dan Pak Dani ketiganya dari Sumedang serta Pak Tatang dari Majalengka. Terakhir meskipun tidak selalu menginap di tempat itu drg. Robert seorang berdarah batak dari Kota Pangandaran.

60 Hari kami berjuang tanpa terasa hubungan kamipun semakin dekat, Bu Diah, Bu Titis dan Pak Dani ketiganya memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang sangat baik tak heran mereka tergabung dalam kelas superlatif. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang pendidikan mereka, Bu Diah dan Pak Dani adalah guru bahasa inggris sementara Bu Titis menyelesaikan pendidikannya denga program kerjasama (double degree) di ITB dan Jepang. Sementara Pak Iyus, Pak Tatang dan Saya berada dalam kelas yang sama. Pak Robert dan Pak Haji Asep mereka tergabung di kelas yang lain.

Sedikit beruntung dibanding rekan yang di Batik Kumeli, di Antapani kami memiliki Induk Semang sehingga kami tidak mengalami kesulitan perkara kebutuhan makan, cukup mengumpulkan pungutan perorang maka makananpun sudah tersedia di meja makan kami. Bagi Saya bergabung dengan mereka dalam satu rumah adalah sebuah pengalaman berharga. Berkumpul dengan berbagai latar belakang pendidikan menyebabkan berbagai pengetahuan memperkaya pemikiran Saya. Bu Titis adalah tempat saya berbagi pengalaman tentang kebiasaan dan karakter orang Jepang. Hal ini sangat menarik karena inilah fokus perhatian Saya selama ini. Bagaimana orang Jepang yang secara geografis adalah asia tapi memiliki karakter sedikit berbeda dengan kebanyakan manusia di Asia lainnya. Bagaimana mereka begitu menjunjung tinggi kehormatan dan disiplin dan bagaimana mereka bisa survive  dari berbagai tragedi besar dalam sejarahnya. Membahas semua itu Saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam mendengar ocehan Bu Titis.

Perempuan lainnya di rumah itu adalah Bu diah. Perempuan ini cukup cerewet bahkan mungkin peringkat kedua tercerewet di angkatan kami setelah dr. Siska dari Bandung. Mungkin karena dia adalah seorang guru yang kerapkali mengoceh di depan kelas. Ibu yang satu ini paling senang jika diajak ngebantuin kami para “manusia bodoh” tentang bahasa inggris. Saya ingat malam sebelum Saya melaksanakan tes speaking Saya belajar conversation berulang-ulang bersama dia hingga pukul 01.00. Eit jangan curiga dulu bukan Saya aja kok, semua yang selevel dengan saya ikutan saat itu. Jadi Saya secara pribadi mengucapkan terima kasih atas bantuannya yang sangat berarti bagi Saya.

Pak Dani adalah sahabat lain yang sangat menarik untuk Saya ceritakan. Selain jago berbahasa inggris sahabat Saya yang satu ini pintar menceritakan lelucon. Kerap kali dia menceritakan cerita lucu, maka serentak kita semua terpingkal-pingkal dibuatnya. Kayaknya tipe guru idola siswa di sekolah. Satu saran Saya kepada sobat Saya ini adalah coba menceritakannya dalam bahasa inggris. Buat sahabat yang nanti di kemudian hari berkenalan dengan Pak Dani ini, jangan percaya apa yang ia katakan sebelum ia menyelesaikan perkataannya. Bisa jadi misterinya terpecahkan di kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya.

Pak Asep Handara, adalah nama lengkap dari pak haji. Seorang M.Kep dari Kabupaten Purwakarta, Penggemar Body Building dan tergila-gila sama tubuhnya Agung Hercules yang bernyanyi pake barbel. Saking fanatiknya sama pola membangun tubuh beliau sempat dirawat dan melewatkan 1 minggu pendidikan karena badannya ngedrop. Alhamdulillah beliau mampu mengejar ketertinggalannya. Mungkin karena beliau termasuk highly motivated person diantara kami. Saya suka iri melihat cara belajar pak haji Asep ini. Di awal-awal pendidikan ia gak begitu serius tapi memasuki pertengahan dan akhir pendidikan beliau lahap semua materi pengajaran. Tak di kelas, tak di kamar, tak pula di jok depan mobil yang tak ia isi dengan mendengarkan coversation berbahasa inggris. Kayaknya jauhlah dengan cara Saya belajar. Cara belajarnya seperti pelari marathon, tenang tapi bertahan lama. Saat yang lain sudah mulai kelelahan dan terkapar pak haji keep on going.

Highly motivated person lainnya di kosan Saya adalah Kang Iyus, Senior Saya dari almamater tercinta IPDN. Beliau adalah kakak angkatan Saya, meskipun tidak pernah bersama dalam satu kampus tapi tetap ia adalah senior Saya. Tapi tak seperti senior Saya yang lain, yang biasanya mengesalkan dan suka memerintah yang bukan-bukan, kang Iyus ini membuat Saya merasa bukanlah juniornya. Entahlah jika bukan kang iyus mungkin sudah berapa ratus kali saya di push up kan. Mengingat sikap Saya yang gak karuan sama senior, mulai dari merokok sembarang, memberantakkan kamarnya hingga ucapan saya yang keceplosan. Mungkin sahabat yang bukan dari IPDN akan menganggap itu lumrah tapi bagi kami di IPDN itu wajib kena “pembinaan dan koreksi”. Jadi Kang Saya mohon maaf jika selama ini saya sering kali buat kesalahan sama akang. Semoga utang push up Saya di ganti Allah SWT menjadi pahala buat akan. Amiin.

Kalau berbicara tentang Pak Tatang dari Majalengka, Saya selalu kagum terhadap pengetahuannya. Kerap kali sahabat Saya ini melontarkan sebuah bahasa aneh yang menjadi pengetahuan berharga bagi Saya. Meskipun bahasa inggrisnya selevel dengan Saya tapi pengetahuan umumnya menurut Saya adalah yang paling luas diantara kami. Mungkin karena ia hobi banget membaca. Hal lain yang sangat Saya kagumi dari Pak Tatang ini adalah semangatnya untuk belajar bahasa inggris yang begitu tinggi.

Kalo pak Robert? Apa Ya? Sahabat Saya yang satu ini agak pendiam. Kayak air danau gitu, yang diam-diam menghanyutkan. Orangnya menyenangkan dan tak banyak bicara. Masih salah satu yang highly motivated person.

Sebenarnya masih banyak sahabat yang sangat Saya kagumi di angkatan Saya ini. Ada dr. Siska yang sempat Saya singgung sebelumnya. Seorang dokter lulusan Unpad dan host salah satu program kesehatan di TVRI Bandung. Orangnya ”asyik” ibu-ibu gaul gitu. Bahasa inggrisnya mantaplah. Tapi masih kalah sama sayalah hehe, maaf ya cinnn. Just kidding. Maksudnya kalah bego dari Saya. Si baby face yang suka bikin iri, Panji, bukan panji katipeng atau panji super hero itu. Tapi Panji si paling pintar di angkatan kami. Udah mah bahasa inggrisnya jago, wajahnya itu loh. Aku yang lebih muda usia tapi ko kelihatan lebih tua jika bareng dia. Apa muka Saya yang boros atau muka dia yang irit ya?

Pak Riki yang sesama smokers, teman Saya nongkrong di pelataran IEDUC untuk meracuni tubuh kami dan lingkungan sekitar dengan nikotin. Master Hukum dari Sukabumi ini asyik diajak ngobrol terutama untuk mengevaluasi kemampuan Bahasa Inggris kami, sesama murid yang mulai pembelajaran dari nol memang paling enak menertawakan diri sendiri. Pak Adi teman sekelas Pak Riki, Guru Fisika dari Sukabumi ini adalah teman kerja kakak sepupu Saya. Orangnya ramah, gemar menabung, sangat menghormati orang tuanya, tidak pernah boros dan rajin mengaji. Orangnya sangat gampang diajak ngobrol dan lagi salah satu orang yang highly motivated person. Pak Slamet dari Indramayu, adalah satu-satunya master yang diperlakukan mirip anak SMA yakni di bully. Dasar nih kelas sebelah ini! entah kenapa masih meneruskan tradisi feodal jaman penjajahan. Tapi bagaimanapun beliau adalah orang yang selangkah lebih maju dari kami karena telah menjalin kontak dengan universitas yang akan ditujunya. Saat saya dan rekan semua masih berkutat dengan persoalan bahasa beliau telah terbang untuk mewujudkan mimpinya. Mikir Dong Mikir Pak Riki!

Big Guy Pak Bondan adalah satu sahabat lain yang sangat Saya kagumi, kemampuan menulisnya itu. “edan” maaf agak sarkasme soalnya biasanya anak cikal saya, Aldi suka ngomong gitu kalo lihat sesuatu yang “wedan”. Cara Pak Bondan menulis dalam bahasa inggris sering kali membuat Saya penulis bahasa indonesia Amatir merasa malu. Seperti menyindir “Berani-beraninya saya menulis dengan kemampuan bahasa yang alakadarnya”. Saya yakin Anda akan mampu mewujudkan mimpi Anda. I mean it. From the bottom of my broken heart. Hehe

Sahabat lain yang belum kesinggung, Saya mohon maaf, maklum lah begitu banyak yang harus ditulis namun begitu sedikit kemampuan Saya. Terlebih jika saya harus menggambarkan kepribadian sahabat satu-satu, tentunya sangat sulit bagi Saya. Tapi Sahabat semua, Saya katakan semuanya ke 31 orang yang saat ini masih bertahan dengan mimpinya, saya telah menempatkan sahabat semua sebagai figure di hati Saya, karena saya tersadar ternyata masa depan bangsa ini begitu cerah karena ia berada di pundak orang-orang seperti sahabat. Yang masih berani bermimpi dan menjalani mimpinya. Saya sungguh berdoa kepada Allah SWT, supaya kita tidak akan bertemu lagi tahun depan karena kita semua sibuk dengan studi kita masing-masing. Dan kitapun akan bertemu kembali saat sahabat telah menjadi Doctor of Philosophy di forum 300 doktor. Amiin

Cukuplah Saya berbicara tentang rekan Saya, kini saatnya saya mengupas tuntas teacher-teacher di IEDUC. Mari kita mulai dengan bu Vini, seorang istri dari ekspatriat Jim. Mungkin karena jadual dari IEDUC dan tentunya ijin Allah SWT yang menjadikan bu Vini sebagai guru yang paling sering masuk ke Kelas Saya. Alhasil hubungan antara kelas kami dengan beliau lebih dekat dibandingkan dengan guru yang lain. Bu Vini ini orangnya sangat ramah, siap menerima pertanyaan meskipun sering kali pertanyaan kami gak bisa dimengerti, terutama saat kami mencoba mengemukakannya dalam bahasa inggris. “Udahlah pake bahasa indonesia aja” pasti begitu gumamnya dalam hati.

Bu Dwi adalah Kepala Sekolah di IEDUC, sebagai seorang lulusan Cambridge bahasa inggrisnya tidak perlu dipertanyakan lagi. Seperti layaknya seorang kepala sekolah kehadiran beliau di kelas tentunya tidak sesering teachers yang lain. Sekalinya beliau masuk ke kelas adalah untuk mengevaluasi perkembangan kami. Satu istilah yang kerap kali keluar dari mulut beliau adalah “bloody hard”  sebuah ungkapan untuk memotivasi kami supaya belajar dengan giat.

Pak Anas adalah guru kedua tersering ngajar di kelas kami, bahasa inggrisnya mantap maklumlah beliau pernah sekolah di Australia untuk beberapa masa. Bu Ervin juga termasuk yang paling sering ngajar di Kelas kami, seorang dokter gigi yang banting setir menjadi guru bahasa inggris. Pak Arham yang skor IELTSnya nyaris sempurna pun dengan Pak Piko (Saya terus terang belum tahu nama aslinya sampai sekarang). Bu Kiko? Yang satu ini adalah idola temen-temen. Selain cantik beliau juga murah senyum. Yang aneh dari gadis asal jawa ini adalah aksen Indonesianya yang sangat medok akan tetapi seketika hilang saat ia berbicara bahasa inggris. Bu Ayu adalah teacher lain yang pernah masuk ke kelas kami. Terus terang aja secara pribadi beliau adalah favorit Saya, cara ngajarnya itu lho bikin yang bego kaya Saya jadi ngerti. Di salah satu sesi beliau pernah mengajarkan cara melafalkan huruf dalam bahasa inggris. Hal itu sungguh sangat membantu Saya melepaskan sedikit aksen Sundanesse english yang Saya miliki, meskipun tetap saja Saya kesulitan membedakan F, P dan V. (tipikal orang sunda).

Seperti perjalanan hidup yang melelahkan, 60 hari perjuangan kami sangatlah berharga. Seperti logam mulia yang panaskan dan dibentuk maka pada akhirnya akan berubah menjadi indah dan berharga. Pun dengan kebersamaan kami selama 2 setengah bulan ini, disibukkan dengan berbagai pekerjaan rumah yang menjengkelkan dan perasaan cemas menghadapi tes, telah membentuk sebuah rekaman hidup yang patut untuk dikenang sepanjang hidup Saya. Jiwa-jiwa idealis masih sangat terlihat dari diri rekan-rekan. Perasaan jengah terhadap keadaan bangsa begitu tercermin dari setiap obrolan kami. Meskipun akhirnya diakhiri dengan ceplosan Pak Dani yang membuat kami tertawa, perasaan ingin bangkit dan memperbaiki bangsa masih sangat kental terasa.

Selama 2 bulan ini banyak rintangan yang kami hadapi mulai dari kendala kesehatan yang di hadapi oleh pak Fitriyadi dari Cimahi dan Pak Haji Asep dan kehamilan bu Fipin, kendala tugas luar yang dialami Bu Diah, kegiatan umroh bu Reni, Larangan dari atasan seperti yang dihadapi rekan-rekan dari Bandung Barat, hingga persiapan melaksanakan prosesi pernikahan seperti yang dialami Adik Saya Melda. Semuanya telah menjadi sebuah prosesi sistemik (mirip bank Century) dari perjalanan kami menggapai mimpi.

Saya sendiri Alhamdulillah bisa menjalani pendidikan tanpa kendala yang cukup berarti, selain kring krung telpon dari atasan karena banyak kerjaan di kantor. Meskipun di tengah pendidikan anak Saya sakit Bronchitis dan harus menjalani pengobatan berjalan selama 6 bulan tapi alhamdulillah Saya dapat menjalani pendidikan hampir 99 %. Itu semua karena dukungan dari istri dan keluarga Saya. Thank You ya babe.
Satu-satunya kendala yang kami hadapi, terutama Saya adalah persoalan ongkos. Biaya makan bensin dan bagi smoker seperti Saya biaya asap. Maklum semakin fokus, smoker butuh asap lebih banyak. The more focusedwe learn  the more smoke we need (bener gak ya grammarnya?) gak papa lah yang penting pak Dedi dan bu Cawul dari BKD Propinsi ngerti hehe.

Setelah 10 Hari perjuangan, tibalah kami pada progress test I, sebuah test untuk mengukur kemajuan kami. Hasilnya Alhamdulillah semua peserta menunjukkan peningkatan signifikan terutama untuk skill Reading dan Listening. Sementara itu untuk skor speaking dan writing memang agak terlambat panas. Maklum sebagai pengguna pasif inggris kita lebih terbiasa mendengar dan membaca ketimbang menulis dan berbicara. Menerima hasil tersebut, kembali Saya terkagum-kagum melihat motivasi sahabat, semakin lama keinginan belajar sahabat semakin tinggi.

Sayapun semakin termotivasi untuk terus belajar dan belajar terutama untuk meningkatkan kemampuan “Speak-speak” saya. Perlahan namun pasti Ielts telah menjadi dunia kami selama 60 hari ini. Sepertinya tidak ada yang lain selain IELTS. Sepertinya dunia milik aku dan IELTS-ku yang lain ngontrak. Satu malam Pak Dani muncul dengan ide brilian yang sangat mencerahkan. Ia bertekad untuk menjadikan Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional, sehingga ke depan bagi siapapun yang ingin kuliah di luar negeri harus belajar bahasa indonesia, dan kamipun bisa melenggang dengan mudah. Akan tetapi ide itu tidak duduk dalam kerangka teoritis yang kuat, bahkan tak memiliki pondasi akal yang lurus dan harus berlalu seperti air liurku di bantal kesayangan di Antapani. Akhirnya setelah terbangun dari mimpi indah Pak Dani, kamipun kembali ke buku kami masing-masing.

IELTS telah merenggut masa bahagia kami, ia telah menjadi dewa di atas dewa. Ia telah masuk ke dalam setiap kehidupan kami bahkan hingga ke alam mimpi yang sangat pribadi. Suatu malam Saya pernah mimpi sedang bermesraan dengan istri, dan ketika mulai menjurus istriku menghentikan aku dan bertanya : Please describes your home town? Khan gila. Di dunia nyata ia tidak membiarkan kita hidup dengan tenang dan sekarang dunia mimpipun telah ia gagahi juga. Ampuun.

Yang tadi itu kidding sob. Tapi yang ini nyata, Saya pernah kehilangan anak Saya di Departemen Store. Yang ini beneran terjadi begini ceritanya, Sabtu dan minggu seperti biasa kami mendapatkan libur mingguan. Dan minggu itu Ibu saya mengajak istri dan Saya serta si Cikal Aldi menemaninya membeli baju di Jatos (salah satu Mall di Jatinangor) selama istri dan ibu saya berkeliling mencari baju, saya dan si Cikal bermain di Playground tempat mandi bola. Malamnya saya tidur sangat telat sekitar pukul 02 dini hari. Dan karena ngantuk aku tiduran di ruang tunggu sambil mendengarkan english conversation melalui hand phone jadul Saya. Tak Sadar akupun ketiduran, sesaat aku bangun Si Cikal tak ada di sana. Sayapun berlari sambil cemas menanyakan ke petugas wahana dan mereka tidak melihat anak saya. Setelah sekian lama berlari kesana kemari akhirnya aku menghampiri Pak Satpam dan untungnya mereka telah menemukan seorang anak yang menangis mencari orang tuanya. Dan disanalah, di costumer service anakku duduk kebingungan. Sayapun lari dan memeluk serta menciumnya mirip sepasang kekasih yang telah lama tak bersua. Begitulah IELTS telah merenggut kebahagiaan Saya.

Cerita ini juga sebagai bukti kepada bu Dwi “I have studied bloody hard bu”.

Atau ketika pikiran saya kalut dan mengambil pensil dan kertas milik Bu Ayu di Progress Test II. Yah yang ini juga nyata loh. Di progress tes kedua saat speaking tes tak sadar Saya mengambil kertas yang disiapkan Bu Ayu untuk dibahas dalam speaking Saya (Q-Card). Ceritanya begini, sesaat setelah saya selesai melaksanakan tes speaking saya agak kecewa dengan cara saya menyampaikan ide saya dalam bahasa inggris. Tanpa pikir panjang Sayapun keluar ruangan dan segera menuju mobil Saya untuk pulang ke kostan, di tengah perjalanan ada telpon menanyakan apakah Saya mengambil Q-cardnya bu Ayu. Kemudian sayapun replek merogoh saku baju Saya, dan ternyata benar Saya tanpa sadar mengambilnya. Aku pun segera memutar balik mobil untuk menyerahkannya kembali. Hasilnya Pa Riki yang mendapat giliran tes setelah Saya harus menunggu Saya mengembalikan q-cardnya. Aduh itu sungguh memalukan.

Jadi sekali lagi, IELTS telah mengambil masa bahagia Saya dalam hidup Saya. Ia merusak ritme rutinitas hidup Saya. Sungguh Aku benci IELTS!!!

Tapi layaknya cinta pertama yang putus nyambung. Seberapa besarpun engkau memporak-porandakan hidupku. Seberapa sakitpun hatiku terluka olehmu. Dan seberapa seringpun kau mengkhianatiku, kebersamaan kita selalu membimbingku tuk kembali padamu. Lebay ah.

Setelah 2 kali progress tes lanjutan. Akhirnya medan pertempuran sesungguhnya datang pada Hari sabtu tanggal 21 Juni 2013 dilanjutkan hari berikutnya untuk speaking tes. Hari itu semua kerja keras kami dipertaruhkan. Ada sedikit keuntungan kami dapatkan saat itu. Karena jumlah peserta yang cukup banyak maka kami hampir seluruhnya melaksanakan tes reading, Listening dan Writing di IEDUC. Memberikan keunggulan psikologis bagi kami, karena kami sudah mengenal kondisi ruangan dan audionya, tapi tentunya tidak memberikan jaminan 100% bahwa kami akan mendapatkan nilai seperti yang kami harapkan.

Untuk Speaking tes, setiap kami mendapatkan jadwal yang berbeda. Ada yang pada hari yang sama setelah tiga tes sebelumnya, ada yang di hari besok, lusa dan 3 hari sesudahnya. Saya sendiri mendapatkan jadual di hari besoknya yakni hari minggu tanggal 22 Juni 2014 bertempat di IDP Bandung jalan Sulandana Pukul 13.40. Sayapun datang setengah jam sebelumnya. Di ruangan tunggu IDP Saya melihat sahabat Saya Pak Riki dan Bu Reni yang telah menyelesaikan tesnya. Setelah sedikit bercuap-cuap dengan pak Riki dan Bu Reni nama Sayapun di panggil, Saya mendapatkan Ruangan di lantai pertama. Berjalan seperti di atas awan Saya sadar betul bahwa hari ini adalah the D-Day, hari di mana Saya harus benar-benar bertunangan dengan IELTS. Hari di mana semua perjuangan Saya diperuntukkan.

Di Sanalah, seorang native speaker penguji duduk manis dengan senyumnya yang memuakkan, seperti senyum wanita yang akan menolak cinta kita dan mengatakan “saya sudah merasa kamu sebagai kakak saya”. Cuih sebuah senyum yang mengejek dan merasa “kamu tidak pantas untukku aku mencintai orang lain”. Tapi Aku meyakinkan diriku sendiri “kalau tidak sekarang kapan lagi, Kalau tidak Saya siapa lagi?” mirip slogan Calon Presiden nomor urut 1.

Setelah dipersilakan duduk sayapun menuju di kursi panas itu. Sebelumnya ketakutan terbesar Saya adalah jika saya tidak dapat mengerti aksennya sehingga saya tidak mengerti pertanyaan yang ia ajukan. Tapi setelah mulai berbicara ketakutan Saya tersebut tidak terbukti dan sang bulepun seakan berubah dari sosok calon pacar yang akan menolak Saya menjadi seorang gadis jelek yang ingin menjadi pacar Saya. Dan aku sudah siap dengan rangkaian kata untuk menolaknya. Hehe.

Memang ada beberapa grammar yang miss tapi Alhamdulillah Saya bisa menjawab pertanyaan sang examiner. Topik yang menjadi bahasan dalam perbincangan kami saat itu adalah tentang momen saat Saya lupa melakukan sesuatu. Sempat bingung sih sebelum akhirnya Saya teringat tragedi Q-Cardnya bu Ayu. Bla bla bla akhirnya sesi tanya jawabpun selesai, Sayapun melenggang keluar dari ruangan dengan perasaan tak menentu. Perasaan tidak puas sedikit menghinggapi hati karena beberapa grammar saya tempatkan secara kurang tepat. Sesuatu yang harusnya menggunakan Past Tense Aku ucapkan dengan struktur present dan beberapa kesalahan lainnya.

Malam Ini 13 Hari sudah tes itu berlalu. Berarti besok pagi Saya akan menerima hasil tes itu. Sekali lagi hati dan perasaan Saya digauli oleh IELTS. Meninggalkan Istri Saya sendirian di kamar tidur perasaan cemas, detak jantung yang terasa begitu cepat dan pikiran yang diselimuti lima hurup IELTS mengganggu kenikmatan tidur Saya. Walhasil Saya baru dapat memejamkan mata Saya menjelang pukul 2 dini hari. Itupun setelah Saya peluk erat-erat tubuh istri Saya. Bukan sok romantis tapi memang udah seperti candu saat gelisah Saya akan sedikit tenang jika dapat memeluk sang istri erat-erat.

Malampun terus berlalu, dan hari besar itupun tiba. Hingga tengah hari hasil tes yang Saya tunggu-tunggu belum juga menunjukkan batang hidungnya. Dengan perasaan galau tak menentu Saya telpon semua rekan Saya untuk menanyakannya. Sepertinya bukan Saya saja yang merasakan siksaan ini karena seluruh rekan yang Saya hubungipun merasakan perasaan yang Sama. Duh IELTS-IELTS.

Selesai sholat jum’at, kupaksakan mataku untuk memejam dan alhamdulillah setelah menghitung domba khayalan hingga ke ratusan kali aku mulai tak menyadarkan diri dan terlelap. Di tengah-tengah tidur terdengar hand phone Saya berbunyi, segera ku mengecek hp jadul kesayanganku itu, ternyata sebuah pesan singkat dari salah satu sahabat Saya Pak Tatang, yang menyebutkan bahwa hasil tes telah di upload ke situs resmi IELTS. Sayapun berlekas menyiapkan kendaraanku menuju Warnet terdekat.

Dengan perasaan takut dan cemas Saya segera mengakses situs resmi itu, sembari menutup mata Saya menunggu akses internet yang mendadak lambat berjalan seperti siput. Tapi setelah berulang kali percobaan hasilnya sama sistem menolak dan nilai Saya belum tersedia. Sedikit putus asa kuputuskan untuk bergegas berangkat dan menjemput istri Saya dari tempat kerjanya. Diperjalanan itulah baru Saya mendapat kabar dari salah satu staf di IEDUC yang sebelumnya saya hubungi, ia menyebutkan bahwa skor IELTS Saya overall adalah 6.0. Artinya 0,5 poin di bawah harapan.

Ya ! 6.0 adalah skor akhir pertandingan antara kesebelasan Muhamad Badar Hamid VS IELTS. Awalnya Saya sedikit kecewa dan bersiap menengak obat batuk untuk mengakhiri penderitaan Saya. Selain karena Saya mencintai hidup Saya juga karena Saya teringat cicilan rumah Saya yang masih panjang, sedikit pinjaman di BPR dan tentunya saya juga terbayang wajah cantik teller Bank Jabar yang kerap kali menagih kredit Saya. Kok ke sana ya? Tapi lebih dari itu semua karena Saya takut meninggalkan Aldi dan Si bungsu Alfin sendirian di dunia yang keras ini. Sekali lagi lebay.

IELTS memang telah mengalahkan kami sebagian besar angkatan 3 BKD Class tahun ini. Ya sebagian besar kami memang mendapatkan skor 6.0 sebagian lagi di bawahnya dan hanya sebagian kecil dari kami yang mendapatkan skor 6.5 ke atas. Secercah harapan muncul saat Kang Iyus senior tercinta Saya menyampaikan ucapan selamat kepada Saya dan beliau mengatakan bahwa dengan nilai 6.0 Saya dapat mencoba peruntungan Saya di AAS (Australia Awards Schoolarship) pun dengan informasi dari bu Diah yang mendapatkan nilai sama dengan Saya. Mendengar informasi tersebut segera Saya bercengkrama dengan si Google untuk menelusuri kebenaran informasi tersebut. Ternyata memang benar, lembaga beasiswa tersebut mempersyaratkan skor 6.0 untuk menjadi peserta beasiswanya.

Dan akhirnya saat ini, seperti seorang prajurit yang baru selesai satu peperangan dan peperangan yang sudah menunggu, saat ini kembali seluruh energi dan konsentrasi Saya tujukan pada peperangan melawan peserta lain yang mencoba peruntungannya di AAS. Good luck Badar!!!

Begitulah perjalanan 60 hari kami dalam mengejar mimpi Jilid pertama, Jilid kedua telah menunggu semoga semuanya lancar. Sahabat Saya di Program 300 doktor angkatan ketiga ini Saya mengucapkan terima kasih atas kebersamaan kita, Saya sungguh berharap kebersamaan kita tidak berhenti hingga saat ini, melainkan terus berlanjut hingga 10 tahun ke depan atau bahkan hingga kita meninggalkan dunia fana ini dengan jejak yang baik bagi bangsa, negara dan anak cucu penerus kita.

sebuah tulisan untuk Istri dan Anak-Anakku semoga kalian tidak kecewa punya suami dan bapak yang skor IELTS-nya cuma 6.0.
untuk orang tua Saya yang senantiasa membantu Saya moril dan terutama materil. hehe maklum masih minta ongkos sama mamah dan bapa.
Mertua saya tempat saya menitipkan Anak dan istri Saya selama pendidikan. maaf ya pak si Aldi makannya banyak.
Sahabat-sahabat Saya di IEDUC
Bu Dwi "Bloody Hard"
Teachers IEDUC
Pak Galih dan Staf IEDUC
IEDUC the best moment I have ever had since I was civil servant!!!


No comments:

SEBUAH BUKU TENTANG PEGAWAI NEGERI

..

terpopuler

PNS

ABDI NEGARA

ABDI MASYARAKAT