Wednesday, December 4, 2013

PEKAN KONDOM NASIONAL


Dear pembaca, ups! saya kira buku harian saya!  
Maaf maksud saya pembaca yang budiman, sekali lagi melihat tayangan televisi awal desember ini tentunya banyak dari Anda yang tertarik terutama kaitan dengan perayaan 1 Desember sebagai hari Aids sedunia.  

Pada tanggal tersebut kita diingatkan kembali dengan sebuah ancaman virus yang sangat mematikan yang belakangan disebut dengan virus HIV atau Human Immunodeficiency Virus, sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. 

Sebelum kita membahas judul ada baiknya kita melihat sejarah virus ini terlebih dahulu, berdasarkan hasil browsing penulis maka, virus ini pertama kali ditemukan di Amerika Serikat pada Tahun 1981, ketika itu untuk pertama kalinya oleh Centers for Disease Control and Prevention dilaporkan bahwa ditemukannya suatu peristiwa yang tidak dapat dijelaskan sebelumnya dimana ditemukan penyakit Pneumocystis Carinii Pneumonia (infeksi paru-paru yang mematikan) yang mengenai 5 orang homosexual di Los Angeles, kemudian berlanjut ditemukannnya ’penyakit’ Sarkoma Kaposi yang menyerang sejumlah 26 orang homosexsual di New York dan Los Angeles. Beberapa bulan kemudian penyakit tersebut ditemukan pada pengguna narkoba suntik, segera hal itu juga menimpa para penerima transfusi darah. (http://rockypanjaitan.blogspot.com/2010/11/sejarah-dan-asal-usul-hiv-aids.html)

Sebutan Aids sendiri adalah singkatan dari Aquirud Immunodifisisensi Syndrom yakni sebuah kondisi penderita dimana seluruh sistem kekebalan tubuhnya hilang sama sekali, sehingga akan sangat rentan terhadap penyakit apapun. 

Di Indonesia sendiri virus ini pertama kali ditemukan pada Tahun 1987 di Bali, dan perkembangannya hingga saat ini cukup meperihatinkan berdasarkan data kementerian Kesehatan RI jumlah penderita HIV hingga Bulan Juni 2013 tercatat 108.600 orang dengan HIV Positif, 43.667 dalam kondisi Aids sementara kematian akibat virus ini tercatat sebanyak 8340 kasus. 

Berkenaan dengan hari Aids setiap tanggal 1 Desember segarutnya, eh gak enak. Sebandungnya. Gak enak juga. Ya udah, seyogyanya diperingati bangsa Indonesia setiap tahunnya. Akan tetapi ada hal yang menarik perhatian pada momen peringatan Hari Aids Nasional Tahun ini yakni pelaksanaan Pekan Kondom Nasional dengan bentuk pembagian Cuma-Cuma salah satu alat kontrasepsi tersebut kepada mahasiswa dan pelajar di Indonesia.

Judulnya saja sangat menarik perhatian terutama bagi kaum timur seperti Indonesia, alat kontrasepsi seperti kondom memang masih sesuatu yang tabu untuk kita bicarakan di muka umum  terlebih lagi pembagian kondom secara percuma kepada mahasiswa dan pelajar yang dinilai tidak rawan terhadap penyebaran Aids.
Tak ayal berbagai kalangan mengecam kegiatan ini, sejumlah tokoh nasional bahkan mengharamkan kegiatan ini dilaksanakan. 

Seperti biasa penulis yang udah mulai hobi corat-coretpun pengen ikut nimbrung menyampaikan pandangannya. Boleh?

Bolehlah blognya sendiri ini! 

Berbeda dengan tokoh nasional maupun tokoh lain yang mengecam habis-habisan kegiatan ini, bagi saya kegiatan ini adalah merupakan langkah nyata seorang yang sangat peduli dengan kesehatan dan keselamatan bangsa. Perkara tindakannya merupakan sesuatu yang kurang baik dari pandangan budaya dan norma tentunya itu adalah suatu kesalahan yang bisa kita perbaiki bersama.

Penggagas kegiatan ini saya pandang sebagai seorang yang realistis, mereka sadar betul bahwa kondisi mahasiswa dan pelajar bangsa yang katanya penerus masa depan bangsa ini telah secara nyata-nyata terjerumus ke dalam praktek-praktek pergaulan bebas ala orang barat sono. Yang pada akhirnya menyebabkan mereka rentan terhadap penyebaran HIV.

Jadi realistis adalah pandangan para penggagas kegiatan “pekan kondom nasional” dalam melaksanakan kegiatan tersebut.

Karena pandangan realistis tersebutlah maka pembagian kondom gratis adalah solusi cepat dalam penanggulangan penyebaran virus ini. Jika Anda berbicara tentang pembagian kondom di kalangan pekerja sex, saya kira tidak perlu diperdebatkan hal itu selalu dilakukan oleh para aktivis penanggulangan Aids. 

Tapi di kalangan mahasiswa dan pelajar hal ini belum pernah dilakukan, nah ini adalah upaya nyata dari rekan-rekan saya yang memfokuskan perhatian mereka terhadap penanganan dan penanggulangan HIV/AIDS.

Tapi jangan salah tafsir dulu bro! Bukan berarti saya setuju kegiatan ini, kalo boleh lebay, saya adalah orang yang paling tidak setuju se alam dunia dengan kegiatan ini. Saya hanya ingin mencoba menempatkan diri dari kacamata pengagas kegiatan.  Sebelum kita menghujat habis-habisan penggagas kegiatan tentunya sangat bijak jika kita mencoba menempatkan diri dengan posisi mereka.

Saya sebagai kasubbid ketahanan bangsa dan banyak bergaul dengan ormas yang salah satunya memfokuskan perhatian mereka terhadap penanganan AIDS, saya tahu betul sepak terjang mereka dalam mencoba memecahkan persoalan ini.

Jadi upaya menyentuh kalangan mahasiwa dan pelajar melalui pekan kondom nasional memang bisa dilakukan, tapi mbok ya dipikirkan lagi! 

Di sisi lain saya juga memandang hal ini sebagai sebuah bentuk sindiran kepada pemerintah, ulama serta seluruh masyarakat Indonesia. Meskipun saya gak begitu yakin mereka berniat melaksanakan kegiatan ini untuk menyindir, akan tetapi saya pribadi memandang kegiatan ini sebagai sindiran bagi seluruh elemen masyarakat.

Pikiran saya melayang, teringat beberapa waktu lalu tersebar sebuah video “mesum” pasangan muda-mudi belia yang masih “bau kencur” melakukan sebuah adegan mirip free sex di dalam sebuah ruangan kelas dengan ditonton oleh teman-temannya. Semakin miris lagi video itu mereka sebarkan kepada sesama teman seakan budaya malu sudah tercerabut dari dalam jiwa mereka.

Bayangin bro, anak SMP!!!

Terlepas dari asumsi negatif terhadap kegiatan Pekan Kondom Nasional yang sayapun sependapat dengan para tokoh masyarakat lainnya. Tapi ada hal lain yang sangat saya khawatirkan yakni telah begitu hancurnya moral anak muda kita. Itu yang paling penting!!! 

Bung Karno pernah berkata”berikan Aku sepuluh pemuda akan kuubah dunia”. Arti pemuda maupun pemudi bagi sebuah bangsa adalah layaknya  Air bagi tubuh kita, seperti matahari bagi bumi dan bagaikan romeo bagi juliet. Hehe. Tanpa mereka maka bangsa ini perlahan tapi pasti akan menuju ke jurang kehancuran.

Saat ini kita tak lagi menghadapi ancaman agresi fisik bangsa lain, gak pula kita menghadapi perang terbuka dengan negara penjajah. Perang di depan mata kita adalah perang budaya. Jika kita ingin menjadi pemenang maka kita harus memperkuat budaya bangsa. Kehilangan budaya berarti kehilangan jati diri dan kehilangan jati diri berarti terombang-ambing, dan terombang ambing berarti mati terbentur kesana-sini. Hehe

So jelas memang Pekan Kondom Nasional saya kira bukan sebuah penyelesaian masalah yang arif, karena justru akan memicu permasalahan lain. Dengan membagikan kondom gratis kepada kalangan yang seharusnya dijauhkan dari sumber masalah justru akan mengajarkan mereka mendekati sumber masalah. Data menunjukkan bahwa penyebaran HIV tertinggi adalah melalui hubungan sex bukan dengan pasangan sah, atau gonta-ganti pasangan.

Dengan membagikan kondom terutama ke kalangan pelajar yang belum memiliki pasangan sah, maka kita mengajak mereka mendekati sumber masalah. Hanya dengan memutus sumber masalahlah maka masalah Aids akan dapat terpecahkan. Dengan menanamkan budaya agama dan ketimuranlah kita akan mengajak mereka menjauhi pergaulan bebas dan hedonisme yang nota bene sumber permasalahan utama.

Kepada seluruh elemen bangsa, hendaknya kita ambil hikmahnya bahwa dengan pekan kondom nasional kita diingatkan untuk melihat kondisi generasi muda kita. Jika selama ini kita apriori atau kura-kura dalam perahu terhadap kondisi anak kita, maka mari kita menata kembali bangunan budaya anak kita yang telah sedikit porak poranda.

Porak poranda ko dikit?

No comments:

SEBUAH BUKU TENTANG PEGAWAI NEGERI

..

terpopuler

PNS

ABDI NEGARA

ABDI MASYARAKAT